LEARN / BLOG

Bekasi Juara Pesta Polusi 2022 dan 5 Temuan Penting Lainnya


WRITTEN BY

Kezia Grace

PUBLISHED

24/12/2022

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia



Pesta Polusi 2022 nafas baru saja usai. Pertandingan polusi udara yang melibatkan 16 daerah di Jawa dan Bali berakhir dengan Bekasi keluar sebagai juara polusi PM2.5 setelah menaklukkan Jakarta Timur dalam babak final.

Di Pesta Polusi perdana ini nafas menggunakan data real-time kualitas udara yang tersebar di 180+ sensor yang tersebar di Jawa dan Bali. Babak kualifikasi hingga semifinal menggunakan data kualitas udara Juni - Agustus 2022, pertimbangannya karena ketiga bulan tersebut termasuk periode kualitas udara buruk tahun ini. Baru pada di babak final, nafas menggunakan data terbaru 1-14 Desember.

Banyak temuan penting yang nafas dapatkan sepanjang pertandingan dari awal babak kualifikasi hingga final. Selain semakin terkuaknya fakta polusi udara di Indonesia yang semakin memprihatinkan, ada lima temuan penting lain yang ingin kami highlight. Berikut temuan-temuan tersebut.

Polusi udara bukan cuma masalah Jakarta


Media di Indonesia ramai memberitakan Jakarta yang didapuk sebagai kota paling berpolusi di dunia pada Juni 2022. Kenyataannya, polusi bukan cuma masalah Jakarta saja. Sepanjang periode kualitas udara buruk tahun ini, kami mengurutkan 10 daerah yang memiliki rata-rata polusi PM2.5 tertinggi.

Di urutan tiga teratas ada Tangerang Selatan, Bekasi, dan Tangerang. Sementara Jakarta berada di urutan ketujuh. Kami menggabungkan kelima wilayah Jakarta khusus untuk temuan ini, berbeda dengan saat pertandingan yang masing-masing berdiri sendiri.

Polusi udara membuat kita menjadi perokok pasif


Kamis mengambil rata-rata bulanan ekuivalen rokok selama Juni-Agustus dan Serpong (Tangerang Selatan) menempati urutan pertama untuk ekuivalen rokok. Ini artinya, warga Serpong setara menghisap 109 batang rokok dalam sebulan atau 3-4 batang rokok sehari hanya dengan menghirup udara! Hal ini berlaku untuk semua rentang usia warga yang tinggal di lokasi tersebut, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Semua menjadi ‘perokok’ tanpa merokok.

Menurut riset Universitas Bristol, menghisap 1 batang rokok dapat mengurangi 11 menit usia hidup. Jadi dengan polusi udara yang ada, dalam satu bulan warga Serpong akan kehilangan 109 x 11 menit = 1,199 menit atau sekitar 20 jam usia hidup dalam satu bulan.

Dari data di atas dapat kita lihat bawah Tangerang memiliki total rata-rata ekuivalen tertinggi dengan 245 batang rokok yang disumbang oleh tiga wilayah, yakni Karangsari, Ciakar, dan Panunggangan Utara.

Periode Juni-Agustus, tidak ada daerah yang udaranya sehat


Hampir seluruh daerah menunjukkan tingkat PM2.5 tinggi. Tangerang Selatan dan Jakarta Timur memimpin dengan polusi PM2.5 tertinggi mencapai 54 µg/m3, atau 11x lebih buruk dari batas pedoman WHO yang dianjurkan yakni 5 µg/m3.

Temuan nafas ini mempertegas bahwa Juni-Agustus merupakan periode buruk bagi kualitas udara Indonesia, yang salah satu pendukungnya adalah faktor cuaca. Saat memasuki musim kemarau, intensitas angin rendah sehingga memperburuk polusi udara.

Wilayah perumahan di Bodetabek tingkat polusinya lebih tinggi


Secara rata-rata, kualitas udara di wilayah perumahan di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi lebih buruk dibandingkan daerah lainnya. Ini berdasarkan data real-time nafas yang berasal dari sensor-sensor tersebut.

Serpong (Tangerang Selatan) kembali mendapat predikat daerah paling berpolusi dengan tingkat PM2.5 mencapai 71 µg/m3. Disusul oleh Cibinong (Bogor) di angka 70 µg/m3 dan Panunggangan Utara (Tangerang) di angka 66 µg/m3. Selain faktor angin rendah saat memasuki musim kemarau, sumber polusi lokal seperti aktivitas pembakaran sampah dapat menjadi penyumbang polusi udara yang besar di dalam wilayah perumahan.

Daerah dataran tinggi dan banyak pohon juga berpolusi


Temuan kelima nafas sebetulnya bukanlah temuan baru, bahkan nafas telah seringkali membahasnya. Daerah dataran tinggi dan banyak pohon juga berpolusi, bahkan tinggi.

Lokasi-lokasi yang berada di puncak daftar ini adalah langganan kualitas udara buruk pada hari-hari lain. Sebut saja Serpong dan Bintaro, dua wilayah di Tangerang Selatan yang identik dengan luasnya area penghijauan atau banyaknya pohon di wilayah tersebut.

Dalam tiga bulan, rata-rata polusi PM2.5 di Serpong dan Bintaro mencapai 13-14x lebih buruk dari batas pedoman WHO. Kertamulya di Bandung menyusul dengan tingkat polusi PM2.5 mencapai 59 µg/m3. Gelar kualitas udara paling “ter-lumayan lah” disandang oleh Batu (Malang) dan Gunung Geulis (Bogor). Itupun tetap 6x dia atas batas anjuran WHO.


💡 Cek Instagram dan Twitter @nafasidn untuk melihat kembali kompilasi pertandingan yang telah berlangsung atau dengan mengakses link ini bit.ly/pestapolusi2022.