LEARN / BLOG

Jerawat dan Eksim Mendadak Kambuh? Bisa Jadi karena Efek Polusi Udara!


WRITTEN BY

Kezia Grace

PUBLISHED

09/06/2023

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Polusi udara tidak hanya berdampak terhadap sistem pernapasan, tapi juga bisa merusak kulit.

Banyak orang berasumsi bahwa polusi udara hanya menyerang organ pernapasan seperti paru-paru karena polutan udara yang hirup. Faktanya polusi udara juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya, termasuk ‘menempel’ pada kulit dan menyebabkan berbagai masalah.

Kulit manusia merupakan pelindung pertama tubuh kita yang bisa membantu menahan segala paparan dan radikal bebas di udara. Di tubuh kita terdapat mikrobioma kulit atau mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur) yang berfungsi untuk membantu penyembuhan luka, mengurangi kerusakan yang bersifat oksidatif, membatasi paparan alergen, dan menjaga kulit tetap kenyal dan lembap.



Saat terpapar senyawa asing atau polutan (termasuk partikel polusi PM2.5) yang berlebihan, mikrobioma kulit tidak dapat bekerja secara optimal. Alih-alih, partikel polusi tersebut dapat menutup pori-pori kulit dan mengendapkan bakteri di dalamnya. Hasilnya pembatas kulit menjadi rusak dan menyebabkan timbulnya berbagai masalah kulit.

Berbagai masalah kulit bisa dipicu oleh polusi udara!

Polusi udara terbukti dapat memicu munculnya berbagai masalah pada kulit, baik kulit wajah maupun kulit tubuh, seperti penuaan dini, jerawat, sampai eksim (dermatitis atopik). Tak hanya dapat merusak lapisan pertahanan kulit (skin barrier), masalah kulit yang muncul itu juga bisa meruntuhkan kepercayaan diri kita, terlebih lagi jika yang terdampak adalah area wajah.

Setiap peningkatan konsentrasi PM2.5 sebesar 10 μg/m3 terbukti dapat meningkatkan kunjungan rawat jalan akibat jerawat (acne vulgaris) sebanyak 1,71% berdasarkan 120.842 data rawat jalan di China. (Ding dkk., 2017). Selain jerawat, eksim atau atopic dermatitis juga bisa muncul menjadi salah satu dampaknya.

💡 Bagi warga nafas yang belum mengetahui apa itu eksim atau dermatitis atopik, ini merupakan masalah kulit yang biasanya muncul akibat peradangan kulit. Eksim umumnya terjadi pada anak-anak dan bisa kambuh saat dewasa. Dermatitis atopik sendiri tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan peradangannya.

Melihat kualitas udara di Jabodetabek yang meningkat drastis pada bulan Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya, warga sebaiknya waspada. Polusi tinggi bisa memicu munculnya masalah-masalah kulit di atas.



Yang paling umum dialami dan kerap dianggap tidak ada hubungannya dengan kualitas udara yang buruk adalah jerawat. Padahal, jerawat termasuk yang mudah muncul jika kulit kotor akibat polutan yang menumpuk.

Selain terbukti memicu munculnya jerawat, 10 dari 11 studi yang dilakukan di Korea Selatan menemukan adanya hubungan positif antara paparan polusi udara yang tinggi dengan jumlah kunjungan medis dengan keluhan eksim atau dermatitis atopik. Salah satu studi menyimpulkan bahwa setiap peningkatan 10 µg/m3 PM2.5 di Korea Selatan mengakibatkan peningkatan kunjungan pasien eksim sebesar 2,71% setiap bulannya (Park dkk., 2021). Dan setiap peningkatan 10 ug/m3 pada rata-rata tingkat polusi mingguan berdampak pada meningkatnya jumlah kunjungan medis pada kasus dermatitis atopik pada anak-anak sebesar 5.1%. (Fadadu dkk., 2023).



DKI Jakarta sendiri sempat mencapai PM2.5 mingguan di angka 57 ug/m3, atau sekitar 11 kali di atas rujukan tahunan WHO! Tingkat polusi yang tinggi ini mudah memicu munculnya berbagai penyakat di masyarakat. Sebelumnya seorang dokter spesialis anak telah mengemukakan kekhawatirannya di. media sosial bahwa polusi udara yang tinggi menyebabkan banyak pasien anak dengan keluhan batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan lainnya.

Jika merujuk pada baseline penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, tingkat polusi setinggi ini juga berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan medis dengan keluhan masalah kulit seperti dermatitis atopik pada anak-anak hingga 13,8% dalam satu bulan.

Apa yang dapat dilakukan untuk menjaga kulit di area yang berpolusi?

Pertama adalah menyadari bahwa polusi udara tidak hanya menyerang organ pernapasan saja, namun juga organ tubuh lainnya termasuk kulit kita. Bagi warga nafas yang memiliki masalah kulit, paparan polusi tinggi dapat makin memperparah kondisi kulit.

Berikut adalah tips mengurangi paparan polusi udara dan membantu menurunkan potensi masalah kulit yang terjadi:



Berikut adalah beberapa tips untuk mengurangi paparan polusi udara dan membantu mengurangi potensi masalah kulit:

  1. Periksa kualitas udara secara teratur menggunakan aplikasi Nafas sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan.
  2. Hindari berolahraga di luar ruangan saat tingkat polusi udara tinggi. Jika tetap ingin berolahraga, kurangi durasinya dan pakai masker respirator seperti KN95/N95 untuk menyaring partikel-partikel polusi udara. Sebagai alternatif, pilih tempat berolahraga yang memiliki kualitas udara terjamin, seperti gym dan studio yoga yang tersertifikasi sebagai Clean Air Zone.
  3. Perhatikan kebersihan dan kelembapan kulit dengan rutin membersihkan wajah setelah beraktivitas di luar rumah dan memakan produk pelindung kulit keseperti tabir surya dan pelembap.
  4. Perhatikan asupan makanan dan minuman yang bernutrisi dan minum cukup air sesuai yang dianjurkan. (Pada orang dewasa, dianjurkan minum sekitar delapan gelas berukuran 230 ml per hari atau total 2 liter.)
  5. Hindari merokok dan paparan asap rokok, karena dapat memperburuk masalah kulit yang disebabkan oleh polusi udara.

☝️ Dengan mengikuti tips-tips di atas, semoga kita bisa mengurangi paparan polusi udara dan potensi masalah kulit yang muncul. Tetap jaga kesehatan!

Referensi:

Ding, A., Yang, Y., Zhao, Z., Hüls, A., Vierkötter, A., Yuan, Z., Cai, J., Zhang, J., Gao, W., Li, J., Zhang, M., Matsui, M., Krutmann, J., Kan, H., Schikowski, T., Jin, L., & Wang, S. (2017). Indoor PM2.5 exposure affects skin aging manifestation in a Chinese population. Scientific Reports, 7(1). https://doi.org/10.1038/s41598-017-15295-8.

He, Y., Shi, C.-R., Guang, Q., Luo, Z.-C., Xi, Q., & Han, L. (2021). [Effects of Air Pollutants on Outpatient Visits for Atopic Dermatitis in Lanzhou]. Zhongguo Yi Xue Ke Xue Yuan Xue Bao. Acta Academiae Medicinae Sinicae, 43(4), 521–530. https://doi.org/10.3881/j.issn.1000-503X.13046.

Park, T. H., Park, S., Cho, M. K., & Kim, S. (2022). Associations of particulate matter with atopic dermatitis and chronic inflammatory skin diseases in South Korea. Clinical and experimental dermatology, 47(2), 325–334. https://doi.org/10.1111/ced.14910.