LEARN / BLOG

Car Free Day tapi Polusi Tetap Tinggi. Kok Bisa?


WRITTEN BY

nafas team

PUBLISHED

22/05/2023

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia



💡 Ringkasan:

  • Warga Jakarta beranggapan bahwa Car Free Day mengurangi tingkat polusi udara
  • Data kualitas udara yang didapat dari sensor nafas di sekitar lokasi CFD menunjukkan tidak ada korelasi antara keduanya
  • Cek kualitas udara sebelum beraktivitas keluar rumah, misalnya berolahraga saat Car Free Day

Car Free Day sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehat warga Jakarta sejak pertama kali diadakan pada 2002. Momen di mana pemprov DKI Jakarta menutup jalan-jalan protokol sepanjang Sudirman-Thamrin untuk beberapa jam di pagi hari untuk menjadi ruang olahraga terbuka untuk publik. Hingga saat ini, Car Free Day menjadi andalan warga untuk lari pagi, bersepeda, hingga sepatu roda.

Tidak adanya kendaraan bermotor di wilayah tersebut, banyak orang menyangka tingkat polusi akan merosot drastis. Tim Nafas melihat data sensor di sekitar lokasi untuk membuktikan; Benarkah Car Free Day menurunkan polusi udara?

Sebelum masuk ke data, mari kita lihat kembali cara membaca kualitas udara. Nafas menggunakan skala US Environmental Protection Agency untuk mengukur polusi PM2.5. Skala 0-12 ug/m3 masuk kategori “Baik”, 12.1-35 ug/m3 kategori “Moderat”, kemudian “Tidak Sehat” untuk indeks yang lebih tinggi.

Car Free Day ≠ Hari Bebas Polusi

🙅

Sekarang kita lihat seberapa baik kualitas udara selama Car Free Day (setiap hari Minggu, jam 06.00-11.00) selama Juni-Desember 2022. Kita menggunakan data sensor Pattimura yang menjadi titik awal rute CFD, dekat dengan lokasi patung Pemuda Membangun atau ‘Pizza Man’.



Ternyata kualitas udara tergolong “Baik” hanya sebanyak 1 kali dalam 6 bulan! Kualitas udara saat Car Free Day didominasi kategori Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif. Kemudian kami melihat 5 hari Car Free Day dengan tingkat polusi tertinggi. Pada 3 Juli 2022, rata-rata tingkat polusi di Setiabudi bahkan mencapai 82 ug/m3, atau 16x di atas pedoman WHO!

Berolahraga di Polusi yang Tinggi = Resiko Penyakit Jantung yang Tinggi 

Hasil penelitian Seoul National University yang dipublikasikan pada 2021 menekankan peningkatan risiko yang terjadi saat berolahraga di luar saat polusi tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama lebih dari 10 tahun dengan 1 juta partisipan, olahraga di luar dengan tingkat PM2.5 di atas 26 ug/m3 dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 33% bagi dewasa usia 20-35 tahun!

Melihat data per jam dari sensor Pattimura di 5 hari terburuk CFD antara Juni-Desember 2022, kita bia melihat jelas bahwa tingkat polusi jauh lebih tinggi di atas ambang maksimal dalam studi Seoul National University study.

Car Free Day sebenarnya BISA memiliki kualitas air yang bagus

Namun, bukan berarti kualitas udara saat Car Free Day selalu tidak sehat. Ada juga saat-saat kualitas udara cukup baik di kategori “Moderat” hingga “Baik”. Contohnya seperti yang terlihat di data bawah ini. Antara Juni-Desember 2022, terdapat 9 dari 29 hari CFD yang rata-rata kualitas udaranya di bawah 26 ug/m3.

Kenapa saya harus peduli? 🤔

Polusi PM2.5 di atas 50 ug/m3 sudah terbukti membawa dampak buruk bagi kesehatan anak-anak, terutama pada perkembangan paru-paru. Sehingga mengajak anak-anak berolahraga di area Car Free Day saat polusi sedang tinggi, bukannya sehat yang kita dapatkan, tapi justru dapat membahayakan kesehatannya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?🤔 Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi paparan polusi udara, terutama jika berniat berolahraga di luar:

  • Download aplikasi nafas
  • Cek kualitas udara secara rutin, tidak hanya saat polusi sedang tinggi
  • Ikuti rekomendasi yang kami berikan berdasarkan kualitas udara saat itu

✅ Jangan memaksakan diri untuk berolahraga di luar ketika polusi udara meningkat. Tetap waspada ya, warga nafas!