Bayang-bayang Polusi Udara dan Risiko Kelahiran Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah
Kasus berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur di Indonesia masih sering ditemui. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (2022) prevalensi BBLR di Indonesia mencapai angka 6%. Di sisi lain, WHO dan UNICEF menyampaikan bahwa kemungkinan bayi di Indonesia lahir secara prematur adalah 10%. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi dan salah satunya adalah polusi udara.
Mari kita telusuri bersama relasi kedua hal tersebut dalam studi kali ini.
Ringkasan Jurnal
- Judul Jurnal: The Association Between Air Pollution and Low Birth Weight and Preterm Labor in Ahvaz, Iran
- Tanggal Publikasi: 4 May, 2020
- Penulis: Reihaneh Sarizadeh, Maryam Dastoorpoor, Gholamreza Goudarzi, and Masoumeh Simbar
- Sumber Jurnal: International Journal of Women's Health
Temuan Utama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa polusi udara dapat memengaruhi berat badan bayi dan waktu kelahirannya. Wanita hamil perlu menyadari risiko ini dan sebaiknya menghindari udara yang terpapar polusi selama masa kehamilan. Bahkan, polusi udara telah menyebabkan 3,7 juta kematian di seluruh dunia, yang mana 88% di antaranya adalah negara berkembang dan kurang mampu (WHO, 2014).
Studi ini menemukan bahwa:
- Paparan PM10 dan SO2 secara langsung terkait dengan berat badan lahir rendah.
- PM2.5 tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan berat badan lahir rendah.
- Paparan PM2.5 secara signifikan terkait dengan kelahiran prematur. Ini berarti bahwa setiap peningkatan PM2.5, risiko kelahiran prematur juga sedikit meningkat.
Metodologi
Para peneliti mengamati data dari wanita hamil yang mengalami berat badan bayi rendah atau kelahiran prematur di dua rumah sakit di Ahvaz (Rumah Sakit Imam Khomeini dan Rumah Sakit Razi). Mereka mengumpulkan informasi polutan udara (termasuk O3, NO, NO2, SO2, CO, PM10, dan PM2.5) serta kondisi iklim dari tahun 2008 hingga 2018 dari Badan Perlindungan Lingkungan dan Provinsi Khuzestan. Mereka menggunakan model untuk menganalisis data ini.
Mengapa Studi Ini Penting
- Polusi udara berbahaya bagi wanita hamil: Polusi udara, terutama dari PM2.5, dapat memengaruhi waktu kelahiran dan berat badan bayi. Wanita hamil sebaiknya berhati-hati terhadap lingkungan yang terpapar polusi untuk melindungi kesehatan bayi mereka.
- Polusi Udara Menjadi Ancaman di Berbagai Tingkat Kehidupan: Menyadari hubungan antara polusi udara dan dampaknya pada masyarakat secara keseluruhan sebab dampaknya yang mempengaruhi berbagai kelompok usia, sejak dalam kandungan, baru lahir, anak-anak, hingga dewasa.
- Perlu Kebijakan Holistik: Dengan memahami bahwa sumber polusi udara itu beragam dan berasal dari berbagai sektor kehdupan (industri, energi, transportasi, rumah tangga, dsb), perlu adanya kebijakan holistik dalam mengatas polusi udara langsung dari sumbernya. Ini diperlukan terutama untuk melindungi kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap dampak negatif polusi udara.
- Upaya Kolaboratif: Para pembuat kebijakan sebaiknya mendorong kerjasama antara sektor-sektor berbeda, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, untuk mengimplementasikan kebijakan yang efektif dalam mengurangi dampak polusi udara dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Untuk mengetahui lebih lanjut, silakan merujuk pada laporan penelitian selengkapnya, atau studi terkait di bidang kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan lingkungan.