LEARN / BLOG

Apakah ada hubungan antara polusi PM2.5 dan depresi?


WRITTEN BY

Anggid Primastiti

PUBLISHED

12/10/2022

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Setiap tahun, satu dari setiap empat orang menderita masalah kesehatan mental. Menurut penelitian, kualitas udara yang buruk berkaitan dengan masalah kesehatan mental.

🙄 Pada artikel ini, kamu akan mengetahui beberapa fakta tentang:

  • Risiko gangguan mental akibat polusi udara dimulai sejak usia dini
  • Paparan PM2.5 dapat membuat siapa pun mengalami gejala depresi
  • Menurut sebuah penelitian, setiap peningkatan 10 µg/m3 dalam konsentrasi PM2.5 dikaitkan dengan peningkatan 9% dalam gejala depresi

Di Indonesia, depresi sangat umum terjadi di kalangan dewasa muda. Prevalensi depresi di Indonesia diperkirakan sekitar 3,7% dari total populasi, tetapi bisa jadi lebih tinggi. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang masuk akal antara paparan polusi udara dan masalah kesehatan mental. Sekarang, mari kita uraikan ini bersama-sama!


Apa arti sebenarnya dari depresi

Depresi lebih dari sekedar suasana hati yang buruk, dan ini bukan sesuatu yang dapat "dihilangkan" dengan mudah. Depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan rasa sedih dan kehilangan minat yang terus-menerus. Hal ini memengaruhi cara Anda merasa, berpikir, dan berperilaku, serta dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik. Depresi mungkin memerlukan perawatan jangka panjang. 


Paparan polusi udara sejak dini dapat mempengaruhi perkembangan gangguan mental di kemudian hari

Di seluruh dunia, 10-20% anak-anak dan remaja memiliki masalah kesehatan mental. Menurut penelitian, sebagian besar psikopatologi orang dewasa dimulai pada masa kanak-kanak dan remaja, dengan mereka yang masalahnya dimulai sejak dini dan bertahan memiliki prognosis terburuk. Karena otak mereka yang masih berkembang, anak-anak mungkin sangat rentan terhadap kerusakan neurologis akibat polusi udara. Mereka lebih cenderung memiliki hambatan alami yang kurang mapan di paru-paru untuk melindungi terhadap partikel yang dihirup, sehingga menghasilkan tingkat pernapasan yang lebih tinggi terhadap rasio ukuran tubuh. Paparan polusi udara ini dapat mempengaruhi perkembangan gangguan di kemudian hari.


Paparan PM2.5 dikaitkan dengan peningkatan gejala depresi

Kesedihan yang terus-menerus atau kehilangan minat yang menjadi ciri depresi berat dapat mengakibatkan berbagai gejala perilaku dan fisik. Menurut studi yang dilakukan di London, dengan estimasi konsentrasi rata-rata tahunan untuk PM2.5 adalah 15,09 μg/m3, polusi udara dikaitkan dengan gejala yang lebih tinggi dan kemungkinan yang lebih tinggi dari diagnosis depresi dan gangguan perilaku pada usia 18 tahun. Menurut penelitian tersebut, mereka yang terpapar polusi pada tingkat yang lebih besar dari 15,09 μg/m3 memiliki peluang 3-4 kali lebih besar terkena depresi pada usia 18 tahun daripada mereka yang terpapar polusi paling sedikit.

📚 Sebuah studi dari Tiongkok terhadap 15.105 orang dewasa dan lansia mencoba menyelidiki hubungan antara gejala depresi dan paparan PM2.5 melalui jendela yang terbuka. Hasilnya, mereka menemukan peningkatan 9% gejala depresi untuk setiap peningkatan konsentrasi PM2.5 sebesar 10 µg/m3. Peningkatan risiko ini diambil dari eksperimen yang dilakukan selama 180 hari (kurang lebih 6 bulan).

Lantas, bagaimana tingkat konsentrasi polusi PM2.5 dan risiko peningkatan gejala depresi di Indonesia? Coba lihat grafik berikut!

Secara rata-rata, polusi PM2.5 cukup tinggi selama 6 bulan terakhir. Bahkan, risiko peningkatan gejala gangguan depresi di Indonesia mencapai 45% untuk wilayah paling tercemar konsentrasi PM2.5, yaitu Tangerang Selatan!

🤔 Coba kita telusuri data tiap kota lebih jauh!


DKI Jakarta

Di DKI Jakarta, kita bisa lihat bahwa Cibubur menjadi lokasi dengan konsentrasi PM2.5 tertinggi pada 6 bulan terakhir, yaitu 65 μg/m3 atau 13x di atas batas anjuran WHO.


Bekasi

Selanjutnya, kita bisa lihat bahwa lokasi dengan konsentrasi PM2.5 tertinggi di Bekasi pada 6 bulan terakhir adalah Tambun Selatan, dengan konsentrasi PM2.5 sebesar 57 μg/m3 atau 11,4x di atas batas anjuran WHO.


Tangerang Selatan dan Tangerang

Sebagai kota dengan kualitas udara terburuk selama 6 bulan terakhir menurut data Nafas, kita bisa lihat bahwa lokasi dengan konsentrasi PM2.5 tertinggi di Tangerang dan Tangerang Selatan adalah Bintaro. Konsentrasi PM2.5 di Bintaro mencapai 71 μg/m3 atau 14,2x di atas batas anjuran WHO.


Surabaya

Terakhir, terlihat bahwa Driyorejo menjadi lokasi dengan kualitas udara terburuk di Surabaya, dengan konsentrasi PM2.5 mencapai 51 μg/m3 atau 10,2x di atas batas anjuran WHO.


Kualitas udara Indonesia tidak baik-baik saja

Berdasarkan kualitas udara di empat kota, serta analisis Nafas dan studi yang disebutkan di atas, daerah-daerah berikut bisa berisiko mengalami peningkatan gejala depresi rata-rata 44%. Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat bahwa udara bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan kita, baik secara mental maupun fisik.


Tindakan yang dapat Anda lakukan untuk meminimalkan paparan polusi udara

Kami menawarkan beberapa tips sederhana dan efektif untuk melindungi diri Anda dan keluarga Anda dari ancaman polusi udara:

  1. Pantau kualitas udara terlebih dahulu dan tetap terinformasi sebelum pergi ke luar rumah. Anda dapat menggunakan aplikasi nafas untuk terus memperbarui kualitas udara di sekitar rumah Anda. Kemudian, Anda dapat dengan mudah menentukan langkah-langkah perlindungan yang dapat Anda ambil selama beraktivitas.
  2. Tetap berada di dalam rumah. Hentikan semua aktivitas di luar ruangan ketika kualitas udara di luar buruk, termasuk berlari dan berekreasi. Jika Anda dapat mencium bau asap, Anda tidak boleh beraktivitas di luar.
  3. Tutup jendela Anda. Gunakan kipas angin untuk mengedarkan udara di rumah Anda, dan gunakan filter untuk menghilangkan partikel jika memungkinkan.
  4. Gunakan masker N95 ketika melakukan aktivitas di luar ruangan. Untuk melindungi diri Anda dari udara yang tercemar, kenakan masker N95 yang menyaring partikel halus. Masker kain biasanya memungkinkan partikel halus untuk melewatinya.
  5. Gunakan pembersih udara. Gunakan pembersih udara dengan filter HEPA, mengingat kualitas udara di luar mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah Anda. Penggunaan alat ini dapat membantu menghilangkan partikulat dari udara.

🌬️ Ingin tetap mendapat informasi tentang kualitas udara di lokasi rumah Anda? Unduh aplikasi Nafas dan maksimalkan fitur-fitur menariknya!


Referensi:

Roberts, S., Arseneault, L., Barratt, B., Beevers, S., Danese, A., Odgers, C. L., Moffitt, T. E., Reuben, A., Kelly, F. J., & Fisher, H. L. (2019). Exploration of NO2 and PM2.5 air pollution and mental health problems using high-resolution data in London-based children from a UK longitudinal cohort study. Psychiatry Research272, 8–17. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.12.050

Xue, T., Guan, T., Zheng, Y., Geng, G., Zhang, Q., Yao, Y., & Zhu, T. (2021). Long-term PM2.5 exposure and depressive symptoms in China: A quasi-experimental study. The Lancet Regional Health - Western Pacific6, 100079. https://doi.org/10.1016/j.lanwpc.2020.100079.

Yao, Y., Lu, T., Liu, Y., Qin, Q., Jiang, J., & Xiang, H. (2022). Association of depressive symptoms with ambient PM2.5 in middle-aged and elderly Chinese adults: A cross-sectional study from the China health and Retirement Longitudinal Study wave 4. Environmental Research203, 111889. https://doi.org/10.1016/j.envres.2021.111889