LEARN / ARTICLE

Apakah PM2.5 berbahaya untuk anak-anak?


WRITTEN BY

nafas Indonesia

PUBLISHED

04/09/2020

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Polusi udara dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak, terutama saat bayi dan balita. Setiap hari, sekitar 93% anak di bawah umur 15 tahun di seluruh dunia (1,8 miliar anak) menghirup udara yang sangat berpolusi.

Anak-anak menghirup lebih banyak udara

Udara bersih sangat penting untuk anak-anak karena anak menghabiskan banyak waktu di luar rumah dan sangat aktif secara fisik. Alhasil, anak menghirup lebih banyak udara daripada orang dewasa. Kalau udara tersebut tercemar, hal tersebut dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan kesehatan.

Anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan

Anak-anak sangat rentan terhadap polusi udara karena paru-parunya masih bertumbuh. Kebanyakan kantung udara dalam paru-paru anak bertumbuh setelah lahir, dan masih berkembang sampai usia dewasa. Sebuah penelitian AS yang dijalankan pada tahun 1993 sampai 2001 menemukan bahwa anak yang dibesarkan di wilayah dengan kualitas udara yang buruk mengalami keterbatasan pertumbuhan paru-paru. Dampak tersebut mirip dengan dampak anak yang dibesarkan di rumah orang tua perokok.

PM2.5 menyebabkan alergi dan asma pada anak-anak

PM2.5 sangat buruk untuk kesehatan paru-paru anak. Anak dengan masalah kesehatan kronis seperti alergi dan asma sangat sensitif terhadap PM2.5. Jika anak menghirup partikel tersebut, penyakit mereka dapat memburuk lebih cepat daripada anak-anak lain. WHO pada tahun 2016 mengestimasikan 600.000 anak meninggal akibat infeksi saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh udara berpolusi.

PM2.5 berdampak negatif pada perkembangan intelektual dan menurunkan poin IQ

PM2.5 juga dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak secara negatif, terutama jika mereka sudah terdampak sebelum lahir. Sebuah studi tahun 2018 dari Tiongkok menemukan bahwa paparan PM2.5 pada masa kecil menyebabkan keterampilan kognitif yang lebih rendah. Sebuah studi Amerika Serikat berestimasi bahwa peningkatan konsentrasi PM2.5 hanya sebanyak 5 mikrogram/m3 menyebabkan penurunan IQ sebesar dua poin. Dua poin IQ sama dengan satu tahun pendidikan.

Fungsi paru-paru meningkat saat kualitas udara lebih baik

Kabar baiknya adalah perbaikan kualitas udara dapat meningkatkan fungsi paru-paru anak. Studi lanjutan dari penelitian AS tersebut menunjukkan bahwa jika anak tinggal di wilayah dengan kualitas udara yang lebih baik, mereka lebih jarang mengalami batuk, hidung tersumbat, dan dahak.

Sebisa mungkin, sebaiknya anak-anak diam di rumah saja pada hari berpolusi tinggi, termasuk saat di sekolah. Rumah seharusnya ditutup dengan baik (tanpa celah di sekitar jendela dan pintu) dan menggunakan produk filtrasi udara untuk memperbaiki kualitas udara.

Jika anak Anda mengalami kesulitan pernapasan pada hari berpolusi udara buruk, ada baiknya Anda segera memeriksakan mereka ke dokter.

PM2.5 tidak hanya berbahaya bagi anak-anak tetapi juga bagi ibu hamil dan orang lansia. Ada juga dampak buruk terhadap kulit kita dan jika kita berolahraga di luar ruangan.


Referensi

Chen Yulong. 2018. Air Pollution and Academic Performance: Evidence from China. https://www.econ.iastate.edu/files/events/files/ychen_nov2018.pdf

Gauderman WJ, Urman R, Avol E, Berhane K, McConnell R, Rapport E, Chang R, Lurmann F, Gilliland F. 2015. ‘Association of improved air quality with lung development in children’, New England Journal of Medicine 372: 905-913. https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1414123

Wang Pan, Catherine Tuvblad, Diane Younan, Meredith Franklin, Fred Lurmann, Jun Wu, Laura A. Baker, and Jiu-Chiuan Chen. 2017. ‘Socioeconomic disparities and sexual dimorphism in neurotoxic effects of ambient fine particles on youth IQ: A longitudinal analysis’, PLOS ONE 12(12). https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0188731

WHO. https://www.who.int/news-room/detail/29-10-2018-more-than-90-of-the-worlds-children-breathe-toxic-air-every-day