LEARN / BLOG

Sudah baikkah kualitas udaranya untuk memulai ‘slow living’ di Semarang?


WRITTEN BY

nafas Indonesia

PUBLISHED

16/08/2023

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Siapa yang tidak kenal dengan Semarang? Ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini kini tengah ramai menjadi destinasi bagi wisatawan karena perkembangan kotanya yang pesat. Banyak dengan bangunan bernuansa vintage, jalanan luas, serta warganya yang santai, membuat Semarang cukup lekat dengan suasana ‘slow living’. Namun, apakah kualitas udaranya sudah baik untuk memulai ‘slow living’ di Semarang?

Yuk, kita cari tahu bersama-sama!

—————————————————

Terkenal akan ‘monumen Tugu Muda’ dan ‘bangunan Lawang Sewu’-nya, Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang sudah memiliki sensor Nafas sejak Juli 2022. Saat ini jumlahnya ada 5 sensor Nafas.

⛰️ Kualitas udara di Semarang bervariasi di setiap daerah

Gambar berikut menunjukkan jumlah polusi udara di lima daerah di Semarang. Sepanjang tahun ini, kualitas udara di Semarang bervariasi di setiap daerah. Daerah paling berpolusi adalah Semarang Barat, dengan jumlah PM2.5 sebesar 39 µg/m3. Warga Ngaliyan relatif lebih sering menghirup udara yang lebih sehat dibandingkan daerah lain 🥰

🫣 Ternyata, rata-rata tingkat polusi di Semarang lebih tinggi!



Sayangnya, rata-rata polusi udara di Semarang lebih tinggi daripada rata-rata polusi di Jakarta! Di grafik, kalian bisa lihat perbandingannya, dengan garis hitam menggambarkan polusi udara di Jakarta dan garis biru menggambarkan polusi udara di Semarang. Kenaikan polusi rutin terjadi setiap hari di kedua kota, tapi tingkat polusi Semarang cukup sering melampaui Jakarta. Seperti yang kita lihat, rata-rata kualitas udara sepanjang 2023 di Semarang jumlahnya adalah 2 µg/m3 di atas DKI Jakarta.

Tingginya jumlah polusi udara di Semarang ini sebaiknya perlu diwaspadai oleh warga Semarang, khususnya ibu hamil, orang tua dengan anak kecil, dan penderita asma! Rata-rata kualitas udara bulan Juni di seluruh daerah Semarang masuk ke kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif.



Sekarang kita intip tiga daerah di Semarang yang tingkat polusinya tinggi: Gunung Pati, Semarang Barat, dan Bongsari 👀

🏘️ Gunung Pati



Berada di dataran tinggi dengan suasananya yang sejuk ternyata tidak membuat Gunung Pati bebas polusi. Peningkatan jumlah polusi udara terlihat selalu meningkat sejak Februari hingga Juni 2023. Pada bulan Juli, jumlah polusi udara ini beruntungnya mulai menurun, tetapi masih berada di kategori ‘Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif’.

🏘️ Semarang Barat



Tingkat polusi di Semarang Barat relatif lebih tinggi dibandingkan Gunung Pati. Tahun ini, hanya terdapat 2 bulan di Semarang Barat yang rata-rata kualitas udaranya cukup baik, yaitu Januari dan Februari.

🏘️ Bongsari

Bongsari yang secara umum kualitas udaranya sedikit lebih baik dibandingkan dua daerah sebelumnya (Gunung Pati dan Semarang Barat). Pada daerah ini, terdapat 4 bulan yang rata-rata kualitas udaranya cukup baik, yaitu Januari hingga April. Sayangnya, polusi bulanan PM2.5 meningkat secara drastis pada bulan Mei, hingga konsisten 8x di atas batas paparan tahunan WHO (5 µg/m3)!

⚠️ Polusi udara di Semarang tinggi pada pagi dan malam hari

Frekuensi kenaikan polusi PM2.5 lebih sering terjadi pada pagi dan malam hari di bulan Juni. Ini dapat dengan mudah dilihat dari banyaknya kotak merah di pagi dan malam hari yang berarti kualitas udara ‘Tidak Sehat’ ––pelajari makna bentuk dan warna kualitas udara di sini. Beruntungnya, mulai dari jam 10 pagi sampai 4 sore, kualitas udara sedikit membaik secara berangsur-angsur. Waktu ini kami rekomendasikan bagi warga Semarang yang ingin menjemur bayi atau berolahraga untuk memilih jam-jam dengan kualitas udara yang baik☝🏻

⚠️ Melihat kualitas udara yang cenderung buruk, warga Semarang yang sedang hamil dan punya anak kecil sebaiknya lebih berhati-hati!

Ibu hamil, anak-anak, lansia, dan orang dengan penyakit pernafasan merupakan orang-orang yang masuk ke kelompok rentan terhadap polusi udara. Penelitian menunjukkan nyaris tidak ada batas aman polusi PM2.5 bagi anak-anak. Hasil studi di China tahun 2019 menunjukkan adanya 4,3% kenaikan jumlah rawat inap anak-anak terkait infeksi saluran pernapasan bawah pada setiap kenaikan PM2.5 sebesar 10  µg/m3 dalam waktu 6 hari! (Xia dkk., 2019). Artinya, polusi udara buruk bagi kesehatan anak, sedikit apapun paparannya 😱🚩

😷 Bagaimana kita dapat mengurangi paparan polusi di sekitar kita?

Kita sadar bahwa polusi udara selalu ada di sekitar kita dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus diterapkan untuk mengurangi risiko penyakit.

✅ Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan polusi udara:
1. Pantau kualitas udara secara rutin di aplikasi nafas
2. Jika kualitas udara sedang buruk, hindari berativitas di luar ruangan.
3. Selalu pakai masker saat keluar rumah. [”Anak di atas 2 tahun dapat menggunakan masker (masker kain atau masker sekali pakai) yang ukurannya pas menutupi hidung dan mulut.” - dr. Citra Amelinda]
4. Tutup pintu dan jendela saat kualitas udara buruk. Penggunaan air purifier bisa membantu membersihkan udara di dalam ruangan.