LEARN / BLOG

Polusi Tinggi Menyebabkan Penyakit Pernapasan pada Anak Meningkat


WRITTEN BY

nafas Indonesia

PUBLISHED

20/06/2023

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Menurut Laporan Kualitas Udara Nafas bulan Mei, polusi udara masih menjadi persoalan serius di negara ini, terutama wilayah Jabodetabek yang menunjukkan tingkat polusi tertinggi di antara kota-kota lain yang berada di jaringan sensor nafas.

Sepanjang bulan Mei, bahkan hingga awal Juni, media sosial dan media massa ramai membahas soal kualitas udara yang semakin memburuk. Para warga di media sosial juga banyak yang mengeluh sakit, baik mereka sendiri maupun anggota keluarganya, terutama anak-anak.

Memang, berapa lama sih dari kita terpapar polusi sampai benar-benar merasakannya?

Menurut Dr Aaron Bernstein (@DrAriBernstein), seorang dokter anak merangkap Director of the National Center for Environmental Health and Agency for Toxic Substances and Disease Registry (CDC) dalam sebuah wawancara di Washington Post, “Dampak kesehatan dari polusi udara dapat dirasakan beberapa jam atau beberapa hari setelah kita menghirupnya”.

Jadi misalnya ada tetangga dekat rumah yang membakar sampah dan asapnya sampai masuk ke dalam rumah pada pagi hari. Sebagian orang mungkin akan langsung merasakan dampaknya, terutama yang termasuk dalam kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, penderita asma dan penyakit bawaan lainnya. Namun ada juga orang-orang yang baru akan merasakan dampak beberapa hari setelahnya. Hal ini tentunya akan semakin parah jika kita terpapar secara rutin dan dalam waktu lama, misalnya tetangga bakar sampah setiap hari.

Dampak dari polusi udara terhadap anak-anak



Sebagai kelompok rentan, anak-anak tentu termasuk yang paling berisiko terjangkit penyakit akibat paparan pilusi udara. Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Citra Amelinda, berbagai penyakit pernapasan yang banyak diderita anak-anak belakangan ini saat kualitas udara memburuk antara lain iritasi saluran pernapasan, asma, radang paru-paru, dan penyakit lainnya.

Infeksi saluran bawah biasanya bisa dilihat dari gejala utama batuk dan umumnya penyakitnya meliputi batuk pilek, sinusitis, radang tenggorokan, radang amandel, dan radang tenggorokan. Sementara infeksi saluran atas gejalanya lebih banyak dan kompleks, seperti bersin, sakit kepala, sakit tenggorokan, termasuk demam tinggi. Penyakit yang termasuk infeksi saluran napas bawah meliputi bronkitis, pneumonia, bronkiolitis, dan TBC.

Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara peningkatan kasus penyakit pernapasan pada anak saat terjadi kenaikan tingkat polusi. Sebuah studi tahun 2019 di China mengkaji dampak jangka pendek dari polusi udara. Hasilnya, jumlah rawat inap RS terkait infeksi saluran pernapasan bawah anak-anak meningkat 4.3% setiap kenaikan PM2.5 sebesar 10 ug/m3 dalam jeda waktu 6 hari. Yang perlu digarisbawahi: Nyaris tidak ada batas aman paparan PM2.5 untuk anak-anak. (Xia dkk., 2019). Artinya, sedikit apapun paparan polusinya, bisa tetap berdampak negatif pada kesehatan anak-anak.

Penelitian lain di Yunani menemukan bahwa setiap kenaikan 10 μg/m3 PM2.5 berhubungan dengan 32% peningkatan kunjungan UGD pediatric untuk Infeksi saluran pernapasan atas anak-anak ketika konsentrasi PM2.5 lebih dari 25 μg/m3. (Kanellopoulos dkk., 2021).

Bagaimana dengan tingkat polusi udara di tanah air yang semakin tidak terkendali belakangan ini?

Mari kita lihat beberapa lokasi yang paparan polusi PM2.5-nya cukup tinggi pada minggu kedua Juni, yaitu Serpong (Tangerang Selatan), Rempoa Permai (Jakarta Selatan), dan Lebak Siliwangi (Bandung). Data nafas menunjukkan tingkat polusi pada 9-14 Juni 2023 di atas batas aman paparan tahunan WHO (5 ug/m3) terjadi hampir sepanjang hari, dari pagi hingga malam hari.



Di Lebak Siliwangi (Bandung), puncak polusi PM2.5 mencapai 131 ug/m3 pada 10 Juni, sedangkan di Rempoa Permai (Jaksel) pada 12 Juni mencapai 211 ug/m3! Selain itu, Serpong (Tangsel) juga menunjukkan puncak polusi PM2.5 yang tinggi hingga 181 ug/m3 pada 11 Juni.

Kalau ada anak-anak dari warga nafas yang belakangan ini memiliki keluhan terkait pernapasan, segera konsultasi ke dokter anak. Ada beberapa gejala sakit pernapasan pada anak yang perlu diwaspadai orang tua menurut dr. Citra Amelia, “Perhatikan bila anak mengalami kesulitan pernapasan atau bernapas lebih cepat daripada biasanya, sulit tidur, tidak mau menyusu dan menjadi lebih rewel, lemas atau tampak usaha napas berlebihan (ditandai dengan ekstra tarikan dinding dada dan cuping hidung kembang kempis).”

⚠️ Jika menemukan satu atau lebih dari tanda-tanda di atas, segera bawa anak ke dokter dan tidak inisiatif memberikan obat-obatan bebas sendiri.

Polusi udara akan selalu ada dan mengintai kita, yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengurangi paparan polusi udara ke diri dan keluarga kita. 

Berikut beberapa tips yang bisa warga nafas terapkan:

1. Pantau kualitas udara secara rutin di aplikasi nafas

2. Jika kualitas udara sedang buruk, hindari berativitas di luar ruangan. Biarkan anak-anak bermain di dalam rumah dulu.

3. Selalu pakai masker saat keluar rumah.

”Anak di atas 2 tahun dapat menggunakan masker (masker kain atau masker sekali pakai) yang ukurannya pas menutupi hidung dan mulut.” - dr. Citra Amelinda

4. Tutup pintu dan jendela saat kualitas udara buruk. Penggunaan air purifier bisa membantu membersihkan udara di dalam ruangan.