Nafas memudahkan akses data kualitas udara bagi setiap warga
Laporan Kualitas Udara Nafas bulan Mei 2023 menunjukkan peningkatan polusi udara yang signifikan. Tarumajaya, Bekasi, menjadi lokasi yang mencuri perhatian karena kualitas udaranya selama sebulan kemarin setara dengan menghisap 115 batang rokok! Namun ini bukan satu-satunya kejutan yang kita temukan di laporan bulanan Nafas, karena ternyata Bekasi bukanlah kota paling berpolusi pada bulan Mei 2023. Tangerang Selatan menjadi juara polusi bulan lalu dengan tingkat PM2.5 mencapai 69 ug/m3, atau 14x di atas pedoman WHO. Data ini dengan jelas menunjukkan bahwa polusi udara merupakan masalah besar di negara ini.
Polusi udara sering disebut sebagai pembunuh dalam senyap karena seringnya dampaknya tidak langsung dirasakan oleh tubuh kita. Sehingga umumnya orang-orang cenderung fokus pada makanan dan minuman yang mereka konsumsi, namun jarang memperhatikan kualitas udara yang dihirup. Terlebih lagi tubuh kita sudah secara ‘otomatis’ bernapas, sehingga hal ini yang membuat topik kualitas udara luput perhatian jika dibandingkan topik-topik serius dan mendesak lainnya. Namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri, kualitas udara yang kita hirup memengaruhi kesehatan kita.
Cikal bakal nafas
Menyadari bahwa polusi udara sudah menjadi masalah yang dihadapi banyak orang, bahkan di rumah mereka sendiri, Piotr Jakubowski, Co-founder & CGO Nafas, bersama mitranya, Nathan Roestandy, Co-founder & CEO Nafas, memutuskan untuk membangun Nafas yang berpusat pada tiga prinsip utama:
- Membuat data kualitas udara dapat diakses dengan mudah oleh seluruh warga, bukan hanya yang tinggal di Jakarta.
- Meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan yang terkait dengan polusi udara.
- Memberikan solusi dan rekomendasi untuk melindungi diri kita dan keluarga di kota yang berpolusi
Masalah polusi udara adalah isu sosial
Piotr ingat pernah mmebaca sebuah artikel yang menyimpulkan mengapa mengapa polusi udara jarang dianggap mendesak adalah karena orang-orang tidak dapat dengan mudah membayangkan seseorang bisa tiba-tiba meninggal karena polusi udara.
Salah satu tujuan nafas adalah meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya kualitas udara yang sehat. Dengann begitu, kita bisa menuntuk pemerintah agar segera bertindak untuk meningktkan kualitas udara di negara ini. Misalnya dari berbagai kebijakan dan peraturan ketat di berbagai sektor.
Isu polusi udara berhasil diangkat mejadi undang-undang di banyak negara. Misalnya di Inggris pada 1950-an ketika Undang-Undang Udara Bersih disahkan, lalu di Amerika Serikat selama masa kepresidenan Reagan pada tahun 1970-an ketika Undang-Undang Udara Bersih dibentuk. Sementara itu di Asia ada China yang sekitar 10-12 tahun muali terjadi revolusi udara bersih bersar-besarkan akibat desakan warga negara.
Tahun depan (2024) Indonesia akan mengadakan pemilihan presiden. Penting bagi kita sebagai warga negara, untuk terus mendorong topik polusi udara agar tercapainya perbaikan konkret oleh pemerintah. Perhatikan para calon wakil rakyat yang benar-benar peduli pada masalah lingkungan hidup dan menyangkut kesehatan banyak orang. Cari tahu mengenai visi misi dan program yang mereka ajukan.
Mengungkap Miskonsepsi tentang Kualitas Udara
Hingga saat ini masih banyak miskonsepsi seputar kualitas udara yang dipercaya masyarakat. Kami akan coba menjelaskannya secara singkat di bawah ini:
1. Jika Anda tinggal di daerah hijau, Anda tidak perlu khawatir tentang kualitas udara
Orang-orang percaya bahwa berada di sekitar pepohonan lebih sehat karena polusi udara diserap oleh pohon-pohon tersebut. Namun, ini sebenarnya kurang tepat. Penelitian yang dilakukan di sepuluh kota di Amerika Serikat pada tahun 2013 menyimpulkan bahwa pepohonan hanya dapat mengurangi polusi PM2.5 dan memperbaiki kualitas udara sebesar 0,24%. Misalnya, jika tingkat rata-rata PM2.5 di sebuah rumah adalah 50 ug/m3, sepuluh kali lebih tinggi dari standar WHO, bahkan dengan upaya penghijauan maksimal, polusi udara hanya dapat dikurangi menjadi 49,88 ug/m3, menghasilkan penurunan hanya sebesar 0,12 ug/m3.
2. Kualitas udara terbaik pada pagi hari.
Siang hari, Lapisan Batas Planet lebih besar, berarti lebih banyak ruang bagi partikel polusi PM2.5 untuk tersebar, sehingga konsentrasinya terdeteksi lebih rendah.
Pada malam hari, Lapisan Batas Planet menjadi lebih kecil, sehingga ruang bagi partikel polusi untuk menyebar juga lebih sempit. Akibatnya, partikel-partikel ini cenderung menjadi terkonsentrasi dan menyebabkan tingkat polusi udara di tengah malam terbaca lebih tinggi.
Kualitas udara di dalam sama pentingnya dengan kualitas udara luar ruangan
Nafas tidak hanya berfokus pada kualitas udara luar ruangan, namun juga memperhatikan kualitas udara dalam ruangan. Salah satunay dengan mengembangkan ekosistem bernama Clean Air Zone. Ekosistem ini dirancang untuk memastikan kualitas udara dalam ruangan yang sehat selama jam kerja melalui integrasi sistem pengukuran, pembersihan, sertifikasi, dan program keterlibatan karyawan berbasis data kualitas udara.
Bayangkan seperti ini, Anda memasuki gedung kantor atau studio yoga yang tersertifikasi sebagai Clean Air Zone, Anda akan merasa tenang mengetahui bahwa kualitas udara di dalamnya terjaga baik. Nafas percaya bahwa udara bersih bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah realitas pengalaman.
Berbeda dengan kualitas udara luar ruangan, kita memiliki kendali penuh atas kualitas udara di dalam ruangan, dimulai di rumah kita.