LEARN / BLOG

Mengulik Isu Polusi Udara dan Transisi Energi pada Pilpres 2024 bersama Bicara Udara


WRITTEN BY

Nafas Indonesia

PUBLISHED

31/01/2024

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Pada Rabu (24/01) malam, Nafas menghadiri acara bertajuk “Isu Polusi Udara dan Transisi Energi pada Pilpres 2024” yang diselenggarakan oleh Bicara Udara dan Energi Bersih FTW di Twinhouse Blok M. Forum ini mengadakan diskusi lanjutan tentang debat cawapres pada hari Minggu (21/01) kemarin.

Pemantik diskusi kali ini terdapat tiga panelis, yaitu Andhyta ‘Afu’ F. Utami dari Bijak Memilih, Agus Tampubolon dari proyek Clean Affordable Sustainable Energy for South East Asia, dan Indah Gunawan sebagai Content Creator. Hadir pula perwakilan dari masing-masing tim pemenangan paslon sebagai penanggap untuk dikuliti gagasan dan janji-janji lingkungan yang sudah disampaikan.

Acara ini terdiri dari tiga sesi, yaitu video pemantik, pertanyaan dari panelis ke penanggap, dan pertanyaan dari audiens ke penanggap. Terdapat dua video pemantik yang ditayangkan. Video yang pertama memberikan penekanan bahwa buruknya polusi udara sudah banyak diberitakan di media massa dan video kedua menampilkan beberapa cuplikan dari debat cawapres Minggu kemarin.

Sesi kedua diawali dengan pertanyaan general dari Afu soal paradigma lingkungan dan pembangunan, Agus bertanya soal strategi Just Energy Transition (JET) atau transisi energi berkeadilan, dan Indah bertanya soal isu deforestasi yang menyebabkan polusi udara.

Penanggap dari paslon 01, Irvan Pulungan, menjawab bahwa perlu ada transisi paradigma dari ekonomi ekstraktif menjadi ekonomi sirkular dan keadilan iklim, ekologi, serta sosial. Perihal JET, diperlukan adanya sumber-sumber energi baru yang sudah tersedia sebelum berpindah ke energi baru dan terbarukan (EBT). Sedangkan, untuk deforestasi masih belum terjawab karena waktu sudah habis.

Penanggap dari paslon 02, Dr. Muhammad Hidayat, memaparkan bahwa hilirisasi dan ekonomi berkelanjutan penting untuk keluar dari middle income trap. Pelakuan pajak karbon dilaksanakan dan transisi energi berkeadilan dijalankan dengan kebijakan yang tegas.

Penanggap dari paslon 03, Manik Marganamahendra, menekankan urgensi paradigma pembangunan ekonomi untuk mewariskan lingkungan yang lestari untuk generasi ke depan. Beliau juga mengingatkan kembali bahwa perhitungan beban ekonomi akibat kerusakan lingkungan merupakan hal yang krusial untuk dilakukan. Paslon ini sendiri memiliki target bauran transisi energi yang cukup ambisius untuk Indonesia, yaitu 25-30%. Salah satu caranya adalah dengan menginisiasi Nusantara Grid. Selain itu, paslon 03 juga mengusung pengembangan ekonomi hijau dan ekonomi biru yang memberdayakan masyarakat. Deforestasi juga sepakat untuk dihentikan dari perspektif hukum dengan cara memisahkan hutan adat dan negara.

Pada kesempatan ini, perwakilan dari Nafas juga mendapat bagian untuk mengajukan pertanyaan kepada para penanggap. Pertanyaan yang kami ajukan adalah bagaimana strategi multi stakeholder yang diangkat oleh masing-masing paslon untuk mengatasi isu sumber polusi dan rencana transisi energi ke depan serta penerapannya dalam misi menurunkan emisi dan polusi udara.

Delegasi dari 01 mengatakan bahwa akan membuat peta dispersi polutan dan menghitung polutan baru agar tahu mana saja polutan yang harus diukur. Baku mutu udara ambien (BMUA) akan diperkuat dan sistem pemantauannya akan diperbaiki. Ke depan, sistem Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Air Quality Index (AQI) akan digabungkan agar memiliki metodologi yang sama. Untuk PLTS, akan dibangun PLTS di sekolah-sekolah dasar agar generasi penerus tahu bahwa energinya harus baru dan terbarukan.

Tim pemenangan dari 02 menyampaikan bahwa sudah pernah ada track record pembuatan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Solo dan akan direplikasi di berbagai daerah di Indonesia. PLTS Cirata akan diperluas lagi agar menjadi yang terbesar di Asia.

Perwakilan dari 03 menjawab bahwa mereka sangat berkomitmen dengan adanya target bauran energi terbarukan yang paling tinggi dan inisiasi desa mandiri energi. Selain itu, sumber polusi juga diatasi dengan mengadakan transportasi publik. Pembangkit listrik tenaga air akan dikembangkan sebagai alternatif dari energi fosil.

Semoga pemimpin Indonesia mendukung transisi energi dan penanganan polusi udara, menjadikan negara ini berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat.