LEARN / BLOG

Mengapa beberapa masalah kulit muncul? Polusi udara bisa jadi pemicunya


WRITTEN BY

Anggid Primastiti

PUBLISHED

28/09/2022

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


PM2.5 mampu memberi dampak pada kesehatan kulit. Ukurannya yang kecil dapat dengan mudah merusak pelindung kulitmu dan menyebabkan peradangan.

  • Peningkatan PM2.5 akibat polusi udara luar ruangan dikaitkan dengan peningkatan tanda-tanda penuaan kulit, kerutan kulit, dan bintik-bintik pigmen di dahi dan pipi.
  • Akumulasi kotoran mikroskopis dan bakteri pada permukaan partikel PM2.5 yang menempel pada kulit akan memicu jerawat wajah dan punggung.
  • PM2.5 dan VOC dalam polusi udara berisiko menyebabkan eksim.

Tahukah kamu bahwa kulit merupakan bagian tubuh terbesar dan terluas dibandingkan organ tubuh lainnya?

Sebagai organ tubuh terbesar dan terluas, kulit menyumbang sekitar 15-16% berat pada tubuh manusia. Namun, kulit terus-menerus terpapar senyawa berbahaya yang ada di lingkungan sekitar. Banyak penelitian mengindikasikan bahwa paparan konsentrasi tinggi dari banyak faktor lingkungan (seperti radiasi ultraviolet, polutan udara luar ruangan, dan polutan udara dalam ruangan) dapat mengganggu fungsi normal kulit. Selain itu, intensitas polutan dan lamanya paparan menjadi faktor yang berkontribusi dalam terganggunya kesehatan kulit.


Apa itu polutan PM2.5?

PM2.5, salah satu komponen penting polusi udara, adalah campuran partikel padat dan cair di udara dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer. Jika kamu bertanya-tanya seberapa kecil itu, ingatlah ini: 30x lebih kecil dari sehelai rambut kamu!


PM2.5 mampu menembus kulit dan mengganggu lapisan pelindung kulit

Lebih kecil dari pori-pori kulit, PM2.5 dapat dengan mudah menembus kulit dan mengganggu lapisan di atas epidermis yang melindungi dan menghidrasi kulitmu. PM2.5 yang menempel akan sulit dihilangkan dari kulit sehingga berpotensi menyebabkan lebih banyak masalah kulit.

(Source: Jin et al., 2018)

Hal ini sangat memprihatinkan bagi masyarakat yang tinggal di kota padat. Menurut survei WHO terhadap lebih dari 4.300 kota, hanya 20% dari warga perkotaan dunia yang tinggal di daerah dengan batas PM2.5 yang dapat diterima, dengan limit paparan tahunan.


PM2.5 mempercepat penuaan pada kulit

Penuaan dini pada kulit tidak hanya disebabkan oleh paparan sinar UV yang berlebihan, tetapi juga oleh polusi udara. Para peneliti menemukan peningkatan PM2.5 akibat polusi udara terkait lalu lintas dikaitkan dengan peningkatan 20% bintik-bintik pigmen di dahi dan pipi.

Sebuah studi di China menunjukkan adanya hubungan antara tanda-tanda penuaan pada kulit dengan polusi PM2.5 di udara dalam ruangan. Studi tersebut menunjukkan paparan PM2.5 dalam ruangan pada rentang 39-163 µg/m3 berhubungan positif dengan kerutan pada kulit, seperti di dahi, bibir atas, kelopak mata, dan punggung tangan. Selain itu, paparan PM2.5 dalam ruangan pada rentang 31-149 µg/m3 berhubungan positif dengan kemunculan spot pigmen di dahi. Banyaknya jumlah PM2.5 di dalam ruangan ini tentu dipengaruhi oleh kondisi kualitas udara di luar ruangan.



Sekarang, coba lihat data grafik ini!

Sejak bulan Januari hingga September 2022, beberapa kota di Indonesia memiliki rata-rata konsentrasi PM2.5 pada rentang yang sama dengan konsentrasi dari penelitian tersebut. Satu-satunya yang tidak masuk ke dalam rentang hanyalah Bali, dengan konsentrasi sebesar 15 µg/m3 (yang masih saja 3x lebih tinggi dari standar rekomendasi WHO).


PM2.5 memicu tumbuhnya jerawat pada wajah dan punggung

Meskipun kamu tidak memiliki gangguan kulit sebelumnya, polutan di udara dapat menyebabkan masalah pada wajah atau bagian kulit lainnya. Para peneliti dari Chongqing, Cina, mengungkapkan bahwa peningkatan konsentrasi PM2.5 sebesar 10 μg/m3 meningkatkan 1,71% kunjungan rawat jalan jerawat dengan mempelajari 120.842 data rawat jalan acne vulgaris.

Partikel PM2.5, yang mengandung jutaan kotoran dan bakteri di permukaannya, akan melekat dan menumpuk pada kulit. Penumpukan polusi mikroskopis ini dapat menyebabkan jerawat dan mengganggu flora alami kulit kita (mikrobioma bakteri yang ada di lapisan terluar kulit kita). Sejumlah bakteri permukaan kulit, termasuk Staphylococcus epidermidis, berfungsi sebagai anti-inflamasi dan membantu melindungi kulit dari patogen potensial. Daya tahan kulit kita terhadap kekeringan, kelembapan, sinar matahari, radiasi UV, patogen, dan alergen dapat berkurang ketika polusi udara merusak keseimbangan ekosistemnya.


PM2.5 menyebabkan risiko eksim

Peningkatan kadar PM2.5 rupanya berkaitan dengan peningkatan dalam kunjungan pasien bulanan dengan penyakit eksim. Eksim, juga dikenal sebagai dermatitis atopik, adalah kondisi kulit yang menyebabkan kulit kering, gatal, dan meradang. Eksim paling umum terjadi pada anak kecil, tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun.

Rupanya, para peneliti dari Korea Selatan menemukan bahwa setiap kenaikan 10 µg/m3 dalam PM2.5 mengakibatkan peningkatan kunjungan pasien eksim sebesar 2,71%.

Tak hanya PM2.5, bahan kimia mudah menguap (VOC) yang dipancarkan oleh banyak bahan bangunan umum, cat baru, dan perabotan, rumah baru juga menyebabkan tingkat polusi kimiawi dalam ruangan yang lebih tinggi dan meningkatkan risiko eksim.


Jagalah kulit dan kesehatanmu

Kita semua tahu bahwa polusi udara di luar menjadi hal yang tak terelakkan. Oleh karena itu, kamu dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, mengurangi pemicu lingkungan, dan melindungi pertahanan alami kulitmu. Berikut ini beberapa tips yang dapat kamu lakukan untuk melindungi kulit dari polusi udara:

  • Olahragalah di area dengan polusi rendah, jauh dari jalan raya. Saat polusi udara tinggi, pertimbangkan untuk berolahraga di rumah atau di studio kebugaran daripada di luar.
  • Kenakan masker setiap kali kamu beraktivitas di luar ruangan. Masker N95 sangat direkomendasikan untuk melindungi paparan PM2.5.
  • Kamu dapat melindungi kulitmu dari sinar matahari dan polusi udara dengan menggunakan komestik. Pertimbangkanlah untuk mengoleskan sunscreen sebelum meninggalkan rumah.
  • Konsumsi suplemen nutrisi yang menawarkan perlindungan terhadap radiasi UV dan polusi udara, dan makan berbagai buah dan sayuran berwarna-warni untuk memastikan tubuh memiliki cukup antibodi untuk melawan efek polusi udara.

Namun, hal yang paling penting untuk diingat: terus pantau kualitas udara sebelum pergi keluar rumah. Menggunakan monitor kualitas udara, seperti aplikasi Nafas, dapat membantu kamu menentukan level polusi udara yang menjadi salah satu sumber gangguan pada kulit kamu dan mengambil tindakan pencegahan.

Ingin hidup sehat mulai sekarang? Klik di sini dan mulai perjalananmu bersama Nafas.


Referensi:

Ding, A., Yang, Y., Zhao, Z., Hüls, A., Vierkötter, A., Yuan, Z., Cai, J., Zhang, J., Gao, W., Li, J., Zhang, M., Matsui, M., Krutmann, J., Kan, H., Schikowski, T., Jin, L., & Wang, S. (2017). Indoor PM2.5 exposure affects skin aging manifestation in a Chinese population. Scientific Reports, 7(1). https://doi.org/10.1038/s41598-017-15295-8.

He, Y., Shi, C.-R., Guang, Q., Luo, Z.-C., Xi, Q., & Han, L. (2021). [Effects of Air Pollutants on Outpatient Visits for Atopic Dermatitis in Lanzhou]. Zhongguo Yi Xue Ke Xue Yuan Xue Bao. Acta Academiae Medicinae Sinicae, 43(4), 521–530. https://doi.org/10.3881/j.issn.1000-503X.13046.

Park, T. H., Park, S., Cho, M. K., & Kim, S. (2022). Associations of particulate matter with atopic dermatitis and chronic inflammatory skin diseases in South Korea. Clinical and experimental dermatology, 47(2), 325–334. https://doi.org/10.1111/ced.14910.