Mengapa Diblokir Itu Baik
“No Viral, No Justice”
Kalimat ini terus-menerus saya dengar selama beberapa minggu terakhir.
Sejak mendirikan Nafas 4 tahun lalu, kami terus meningkatkan kesadaran tentang polusi udara di Indonesia.
Melalui data, konten, acara, dan wawancara media.
Nafas adalah salah satu dari sekian banyak organisasi yang mendorong tindakan nyata.
Beberapa minggu yang lalu, sepertinya kami mendorong lebih jauh dari sebelumnya.
Sebagai bagian dari kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang tingginya kandungan sulfur dalam bensin Indonesia, saya juga membuat video tentang hal ini.
Beritanya sudah menghiasi headline utama, para influencer dengan banyak pengikut sudah lebih dulu memposting tentang itu.
Jadi, tidak ada salahnya ikut bergabung, bukan?
“Bro, kenapa akunmu diblokir?”
Tidak ada pelanggaran, tidak ada informasi lain.
Hanya begitu saja, akun saya terkena larangan permanen.
KENAPA INI BUKAN HAL YANG BURUK
Saat Nathan dan saya mulai membangun Nafas, kami tahu bahwa topik ini adalah topik sensitif.
Bagaimanapun, hampir semua sektor di suatu negara adalah penyumbang polusi.
Energi. Transportasi. Industri. Pertanian. Pengelolaan Sampah. Konstruksi.
Dan ironisnya, setiap kali polusi menjadi buruk, Kementerian Lingkungan Hidup yang selalu menjadi sasaran kritik.
Percakapan tentang lingkungan selalu menjadi area abu-abu.
Suara-suara paling lantang biasanya berasal dari organisasi aktivis seperti Greenpeace, SeaShepherd, Extinction Rebellion.
Namun, dalam 4 tahun terakhir, semakin banyak kelompok yang mengangkat isu ini ke permukaan.
Dan percakapan ini bukan lagi percakapan yang bersifat aktivisme.
Ini adalah percakapan tentang edukasi dan pemahaman.
POLUSI ADALAH MASALAH KESEHATAN, BUKAN MASALAH LINGKUNGAN
Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan podcast yang mengungkap betapa dalamnya dampak kesehatan manusia.
Dalam sebuah percakapan dengan Joe Rogan, Dr. Casey dan Calley Means menjelaskan secara detail bagaimana dunia yang kita bangun ini menjadi penyebab utama masalah kesehatan kita.
Bahan kimia, mikroplastik, polusi.
Semua ini memengaruhi cara kita hidup, berkembang, dan pada akhirnya bagaimana sel-sel manusia kita berevolusi (atau malah mundur).
Hal yang sama terjadi pada polusi udara di Indonesia.
Kementerian Kesehatan menerbitkan daftar penyakit katastrofik, penyakit-penyakit yang paling berdampak pada BPJS.
Dan polusi udara berperan dalam 7 dari 9 penyakit tersebut.
PM2.5 memengaruhi seluruh tubuh kita - otak, jantung, paru-paru, kulit, darah kita.
PM2.5 juga berdampak pada hal-hal seperti kesehatan ibu dan stunting.
Saat pemerintahan baru menuju 100 hari pertama mereka, satu hal yang jelas.
Polusi udara harus menjadi prioritas kesehatan.
Mencapai Indonesia Emas 2045 akan lebih sulit tanpa menyelesaikan masalah polusi udara.
Untuk melakukannya, kita harus memastikan bahwa ini masuk ke agenda.
"No Viral, No Justice" itu benar. Tapi jika terlalu viral, Anda bisa terkena larangan.