Laporan Nafas September 2023: Tren Polusi Menurun tapi Kualitas Udara Belum Juga Membaik
π‘ Ringkasan:
π Tangerang menjadi kota yang paling berpolusi pada bulan September 2023, menggeser Tangerang Selatan.
π¬ Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang menjadi daerah yang paling buruk kualitas udaranya, setara dengan asap dari 107 rokok.
π Bali, Belitung, dan Kepulauan Seribu mengalami penurunan jumlah periode udara sehat.
π¨ Darurat Karhutla di banyak daerah, terutama Palembang, Jambi, Banjarmasin, Palangkaraya, dan Sampit
πΆπ»π΄π» Kelompok sensitif merupakan kelompok yang rentan terhadap keluhan pernapasan dengan persentase keluhan tertinggi
Ekspektasi: September Ceria. π₯°
Realita: Kita masih menghirup udara berpolusi yang sama dengan bulan-bulan sebelumnya. π
Boleh jadi kita berharap setinggi langit agar kualitas udara membaik, tapi realita berkata lain. Bulan Septemebr 2023, masih menampakkan kecenderungan polusi udara yang tinggi di banyak wilayah. Namun, ada secercah harapan dengan kemunculan langit biru di Jabodetabek beberapa waktu lampau. Tak heran jika ‘pemandangan langka’ ini banyak diabadikan dan diunggah oleh netizen ke media sosial.
Sayangnya, hal ini tidak berlangsung lama. Kualitas udara fluktuatif dan bisa berubah dengan cepat dan tingkat polusi kembali menjadi tinggi. Hal serupa—bahkan lebih buruk—dialami oleh warga di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Bagaimana kualitas udara di berbagai wilayah yang berada di jaringan sensor nafas pada September lalu? Apakah benar kualitas udara di Jabodetabek membaik? Siapa yang menjadi juara berpolusi bulan lalu? Mari temukan jawabannya di dalam Laporan Kualitas Udara Nafas bulan September 2023!
Juara baru kota paling berpolusi: Tangerang
Dari Mei hingga Agustus, Tangerang Selatan memegang gelar sebagai kota dengan kualitas udara terburuk. Namun, pada bulan September, posisi tersebut diambil alih oleh Tangerang dengan kualitas udara sebesar 57 ug/m3. Sementara itu, Tangerang Selatan berada di posisi kedua dengan 56 ug/m3, dan Bogor mengisi posisi ketiga dengan 48 ug/m3.
Warga Sindang Jaya ‘menghisap ratusan batang rokok dalam sebulan’
Buruknya kualitas udara di Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, membuat warganya terpaksa bernapas dengan setara menghisap 107 batang rokok! Di wilayah tetangga, ada Serpong di Tangerang Selatan yang kualitas udaranya di bulan September setara dengan 98 batang rokok, turun dari 117 batang rokok pada bulan Agustus.
Naik turun jumlah periode udara “Sehat” dan “Tidak Sehat”
Ada tren penurunan polusi di Depok dan Bogor yang signifikan dibandingkan dengan DKI Jakarta. Sementara itu, beberapa kota lain seperti Bandung Raya, D.I. Yogyakarta, dan Malang Raya mengalami penurunan jumlah jam dengan kualitas udara tidak sehat. Hanya Surabaya yang mengalami kenaikan.
Di sisi lain, daerah-daerah yang langganan sebagai destinasi udara “Sehat” seperti Bali dan Belitung mengalami penurunan jumlah periode udara “Sehat”. Sementara Kepulauan Seribu mengalami kenaikan periode udara “Sehat” dan “Tidak Sehat”. Ini disebabkan oleh xxx
Langit biru sempat mampir di Jabodetabek
Pada September lalu, ada waktu-waktu di mana Jabodetabek menikmati kualitas udara cukup baik pada waktu siang menjelang sore hari. Menurut pemantauan Nafas, dari rata-rata kejadian udara cukup baik ini (Moderat) tingkat PM2.5 terendah terjadi pada waktu siang hingga sore hari, berkisar pada konsentrasi PM2.5 per jam 22 - 26 ug/m3 antara pukul 11.00 - 17.00 WIB.
Kesimpulannya, kualitas udara di Jabodetabek sempat membaik, terutama pada siang hingga sore hari karena turut didukung oleh kecepatan angin sebesar 7 - 10 m/s.
Darurat karhutla: Ancaman serius bagi kesehatan warga
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Sumatera dan Kalimantan, tidak dipungkiri turut meningkatkan polusi udara. Meski jaringan sensor Nafas belum mencakup wilayah tersebut, data dari ISPU KLHK dan BMKG menunjukkan kualitas udara yang mengkhawatirkan. Kualitas udara di Palembang, Jambi, Banjarmasin, Palangkaraya, dan Sampit bervariasi dari kategori Tidak Sehat, Sangat Tidak Sehat, hingga Berbahaya.
Studi Nafas & Halodoc: Dampak nyata buruknya kualitas udara
Buruknya kualitas udara selama beberapa bulan belakangan memiliki dampak nyata pada kesehatan warga. Berdasarkan studi gabungan yang dilakukan oleh Nafas dan Halodoc di Jabodetabek pada Juni-Agustus 2023, terdapat kenaikan kasus penyakit pernapasan hingga 34% pada setiap terdapat peningkatan PM2.5 sebesar 10 µg/m3, dengan baseline PM2.5 31 µg/m3.
Peningkatan kasus penyakit pernapasan pada kelompok sensitif atau rentan menjadi yang tertinggi, yakni sebesar 48% pada rentang usia di atas 55 tahun, disusul 32% untuk kelompok usia 0-17 tahun.
Kualitas udara bukan hanya tentang angka dan grafik, tapi juga bagaimana kita bisa menjalani hidup sehari-hari dengan lebih berkualitas. βπ»
β
Temukan lebih banyak insight menarik lainnya di Laporan Nafas bulan September 2023!