LEARN / BLOG

Komitmen Nafas pada Sains: Jurnal yang Ditelaah Rekan & Kontribusi Whitepaper Kami


WRITTEN BY

Nafas Foundation

PUBLISHED

22/09/2025

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Polusi udara bukan lagi sekadar isu lingkungan—ini telah diakui sebagai darurat kesehatan masyarakat. Di pusat-pusat perkotaan Indonesia, seperti Jakarta Raya (Jabodetabek) dan Bandung, tantangannya kompleks: urbanisasi yang cepat, kepadatan penduduk yang tinggi, serta akses terhadap data real-time yang selama ini terbatas, sehingga menghambat respons efektif dari warga, pembuat kebijakan, dan peneliti.

Nafas Foundation hadir untuk menjembatani kesenjangan ini, menyambungkan kembali komunitas, pengetahuan, dan kesehatan lingkungan: bukan sekadar soal ketiadaan data, melainkan keterputusan antara wawasan ilmiah dan pemahaman masyarakat, antara risiko dan pengalaman nyata mereka yang paling terdampak. Nafas memajukan kesehatan masyarakat, literasi sains, dan ketahanan komunitas melalui kemitraan riset kelas dunia, keterlibatan warga, serta inisiatif data terbuka.

Hari ini, data Nafas digunakan dalam studi yang ditelaah sejawat dan diterbitkan bersama institusi akademik terkemuka seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan University of Chicago, serta ditampilkan dalam jurnal dan konferensi bereputasi tinggi yang meliputi bidang kesehatan lingkungan, epidemiologi, perencanaan kota, hingga ilmu data. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa jaringan sensor kualitas udara terbesar di Indonesia tidak hanya melayani komunitas lokal, tetapi juga ikut membentuk wacana ilmiah global tentang kualitas udara.

Repositori ini menyoroti kumpulan riset ilmiah yang terus bertambah—meliputi artikel yang ditelaah sejawat, white paper, dan studi institusional—yang memanfaatkan jaringan sensor Nafas, infrastruktur data, dan dukungan teknis. Bersama-sama, karya ini membentuk basis pengetahuan otoritatif yang dapat diandalkan oleh para pengambil keputusan, pemimpin kesehatan masyarakat, dan komunitas untuk membimbing keputusan yang lebih cerdas demi udara yang lebih sehat—dan kehidupan yang lebih sehat.


Studi yang Dipublikasikan Berdasarkan Data & Dukungan Riset Nafas Indonesia

University of Chicago & Asian Development Bank

High Indoor Air Pollution in a Developing Megacity: The Role of Outdoor PM2.5 and Household Characteristics. Studi ini menunjukkan bahwa PM2.5 dari luar ruangan secara signifikan masuk ke dalam rumah, terutama di keluarga berpenghasilan rendah, sehingga menimbulkan risiko kesehatan serius dan menegaskan perlunya pemantauan udara dalam ruangan yang lebih terarah (Sun et al., 2025).

Nafas menyediakan perangkat dan dukungan konsultasi untuk studi ini, namun tidak terlibat langsung dalam desain riset, analisis data, atau publikasi.

Kelompok Riset Atmosfer, Institut Teknologi Bandung (ITB)

Performance Analysis of Weather Research and Forecasting Chemistry (WRF-Chem) Model in DKI Jakarta Area. Studi ini memvalidasi model atmosfer WRF-Chem dengan data sensor Nafas, menunjukkan bahwa pengecualian radiative feedback meningkatkan akurasi simulasi—langkah penting untuk meningkatkan prediksi kualitas udara di Jakarta (Enhakhoirunnisa et al., 2024).

BRIN – Badan Riset dan Inovasi Nasional

Urban air pollutant mapping and tracing using multi-points in situ measurements combined with clustering and trajectory analysis. Studi ini mendemonstrasikan bagaimana pengukuran multi-titik yang dipadukan dengan analisis klaster dan lintasan dapat menelusuri sumber polusi perkotaan di Jakarta—menawarkan alat diagnostik kualitas udara yang dapat diskalakan (Mulyana et al., 2024)

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Associations Between Ambient PM2.5 Levels and Children’s Pneumonia and Asthma During the COVID-19 Pandemic in Greater Jakarta (Jabodetabek). Studi ini menemukan hubungan antara tingginya PM2.5 dengan peningkatan kasus pneumonia pada anak-anak, sementara hubungan dengan asma relatif lemah dan tidak signifikan—menunjukkan urgensi intervensi kesehatan masyarakat terkait kualitas udara (Haryanto et al., 2025).

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Indirect Effects of PM2.5 Exposure on COVID-19 Mortality in Greater Jakarta, Indonesia: An Ecological Study. Studi ekologi ini menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap PM2.5 dapat berkontribusi secara tidak langsung terhadap meningkatnya angka kematian akibat COVID-19 di Jabodetabek (Haryanto et al., 2024).

BRIN – Badan Riset dan Inovasi Nasional

Advancing air quality monitoring systems towards sustainable green development: Insight for metropolitan cities in Indonesia. Studi ini mengeksplorasi bagaimana sistem pemantauan kualitas udara real-time, seperti Nafas, dapat memperkuat strategi perencanaan kota berkelanjutan dan pembangunan hijau di kota-kota metropolitan Indonesia (Nugroho et al., 2025).

Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia

Advocacy Power Analysis on Air Pollution Issue in Jakarta City. Studi ini menilai kekuatan advokasi publik terkait isu polusi udara, menunjukkan bagaimana kampanye digital dan keterlibatan masyarakat membangun momentum perubahan (Dewi et al., 2025).

Nafas dirujuk sebagai inisiatif citizen science untuk pemantauan kualitas udara dan penyedia data, tanpa terlibat dalam desain riset, analisis, atau publikasi.


White Paper & Kolaborasi Strategis

Nafas, DBS Foundation, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Breath Interrupted Amidst Pollution: The Impact of PM2.5 on Pneumonia in Children Under Five in Jakarta

White paper ini menunjukkan bukti epidemiologis bahwa kenaikan 10 μg/m³ PM2.5 dikaitkan dengan peningkatan dua kali lipat kasus pneumonia pada anak-anak di bawah lima tahun di Jakarta. Studi melibatkan lebih dari 275.000 anak di 10 kecamatan (Nafas et al., 2025).

Nafas & Halodoc

Air Pollution Can Increase Respiratory Illness Diagnosis by up to 34%

White paper yang diterbitkan pada September 2023 ini menganalisis bagaimana peningkatan PM2.5 di Jabodetabek berkorelasi dengan kenaikan 34% keluhan pernapasan—terutama asma dan sinusitis—berdasarkan data sensor Nafas dan wawasan pengguna Halodoc. Gejala biasanya muncul 3–48 jam setelah paparan, dengan anak-anak dan lansia paling terdampak. Studi ini menyoroti peran platform kesehatan digital dalam memberikan respons cepat dan personal terhadap polusi udara (Nafas et al., 2025).


Repositori ini adalah arsip—terbuka untuk peneliti, pembuat kebijakan, dan publik. Ia mencerminkan komitmen Nafas pada aksi berbasis bukti dan kolaborasi lintas sektor, demi memastikan udara sehat dapat diakses semua orang—kini dan di masa depan—bersama Nafas Foundation.