Ilmuwan menemukan jalannya paparan PM2.5 oleh bukan perokok dapat menyebabkan kanker paru-paru
Lokasi dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi memiliki lebih banyak kanker paru-paru yang tidak disebabkan oleh merokok.
- Menghirup PM2.5 menyebabkan alarm kimiawi dilepaskan, menyebabkan peradangan dan mengaktifkan sel-sel di paru-paru untuk membantu memperbaiki kerusakan apa pun.
- Namun, satu dari setiap 600.000 sel di paru-paru seseorang yang berusia 50 tahun sudah mengandung mutasi yang berpotensi kanker. Sel-sel ini berkembang seiring dengan bertambahnya usia, tetapi tampak sangat sehat sampai mereka diaktifkan oleh alarm kimia dan berubah menjadi kanker.
Kanker paru-paru dapat terjadi pada siapa saja, dengan sebagian besar (sekitar 90 persen) kasus kanker paru-paru disebabkan oleh merokok. Namun, hal ini tak menutup kemungkinan bahwa orang yang tidak pernah merokok juga berisiko terkena kanker paru-paru.
Kami menemukan artikel menarik yang menunjukkan bagaimana paparan polusi udara dapat berujung pada pertumbuhan dan perkembangan sel kanker. Penemuan ini berasal dari eksplorasi mengapa non-perokok terkena kanker paru-paru.
Inilah 3 poin penting yang kami telah rekap untukmu.
1. Polusi udara ‘tidak merusak’ sel-sel DNA, tetapi ‘mengaktifkan’ sel-sel yang memang sudah rusak.
Berdasarkan hasil riset, PM2.5 yang terhirup menyebabkan tubuh melepaskan suatu alarm kimia di paru-paru yang bernama interleukin-1-beta. Alarm ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kerusakan apa saja pada sel. Namun, saat bertemu sel-sel yang sudah rusak (seiring bertambahnya usia), ia malah menyebabkan peradangan dan mengaktifkannya menjadi sel kanker.
2. Para dokter telah menguji coba obat interleukin-1-beta pada penyakit kardiovaskular dan menemukan bahwa obatnya dapat mengurangi risiko kanker paru-paru.
Prof. Charles Swanton, salah satu ahli riset terkemuka di dunia, berkata bahwa penemuan tentang cara kerja polusi udara dapat memicu kanker ini sebagai "era baru".
Dari temuan tersebut pun, para dokter mencoba mengembangkan obat yang menghentikan pembentukan kanker. Melalui uji coba obat interleukin-1-beta pada tikus yang terpapar PM2.5, para peneliti mampu memblokir sinyal alarm dan menghentikan pembentukan kanker. Temuan ini mungkin dapat diterapkan pada kanker lain yang terkait dengan polusi udara, termasuk mesothelioma dan tumor tenggorokan dan mulut.
3. Pentingnya mencegah diri dari paparan polusi udara
Nyatanya, kanker paru-paru tak hanya mengancam para perokok, tetapi juga bisa mengancam orang yang tidak pernah merokok. Meskipun orang yang tidak pernah merokok tidak berhubungan langsung dengan kandungan kimia berbahaya pada rokok, orang yang tidak pernah merokok dan perokok sama-sama terpapar polusi PM2.5 yang menjadi pemicu pembentukan sel kanker.
Kini sudah semakin banyak penelitian yang menemukan hubungan antara paparan PM2.5 dan risiko kanker paru-paru.
- Sebuah studi terhadap 5.102.358 pasien rawat inap kanker di Brasil menemukan bahwa 33,82% terpapar langsung PM2.5, dengan konsentrasi PM2.5 rata-rata tahunan adalah 7 μg/m3 untuk daerah dengan konsentrasi terendahdan 16,8 μg/m3 untuk daerah dengan konsentrasi tertinggi.
- Menurut studi pada paparan PM2.5 jangka panjang di Kanada, terdapat peningkatan 2% risiko kanker paru untuk setiap peningkatan 5 μg/m3 dalam konsentrasi PM2.5 ambien dengan rata-rata paparan awal PM2.5 adalah 10,8 μg/m3.
- Studi lain menemukan peningkatan 43% risiko kanker paru untuk setiap peningkatan 10 μg/m3 dalam konsentrasi PM2.5 dengan rata-rata konsentrasi ambien adalah 12,88 μg/m3.
Coba lihat kembali konsentrasi udara pada hasil studi-studi tersebut: 7 μg/m3, 16.8 μg/m3, 10.8 μg/m3, dan 12.88 μg/m3.
Lalu, coba lihat keadaan di Indonesia!
Ini adalah data kualitas udara yang diukur oleh sensor nafas di beberapa kota di Indonesia dari bulan Agustus hingga September 2022.
Kamu bisa melihat betapa tingginya konsentrasi PM2.5 di negara kita, jauh di atas batas WHO dan jauh di atas konsentrasi udara pada hasil studi-studi yang di atas.
Tindakan pencegahan sangat penting untuk mengurangi kerusakan pada tubuh kita dari polusi udara, khususnya paparan PM2.5.
Melalui aplikasi Nafas, kamu dapat terus memantau kualitas udara di lokasimu secara real-time. Hal ini memungkinkan kamu untuk membuat keputusan sebelum menghabiskan waktu di luar ruangan bersama keluarga. Selain itu, polusi udara luar ruangan memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas udara dalam ruangan. Menggunakan pembersih udara berbasis filter HEPA untuk menjaga udara di kamar kita tetap bersih dan sehat, membantu mengurangi paparan PM2.5 di dalam ruangan.
Ingin belajar lebih jauh tentang polusi dan kualitas udara? Pelajari mulai dari sini.