Healthspan, Lifespan, dan Faktor yang Sering Terlupakan: Udara
Apakah Anda hidup lebih lama, atau hidup lebih baik?
Pertanyaan sederhana ini membuka salah satu perdebatan terbesar dalam dunia kesehatan dan wellness hari ini. Di satu sisi, ilmu kedokteran modern telah memberi kita alat untuk memperpanjang usia, mendorong rata-rata lifespan lebih tinggi dari sebelumnya. Namun di sisi lain, banyak dari kita menyaksikan teman dan keluarga menghabiskan dekade terakhir hidup mereka bolak-balik rumah sakit, berjuang melawan penyakit kronis.
Inilah mengapa muncul konsep healthspan vs lifespan, dan mengapa para ahli seperti Peter Attia, Andrew Huberman, David Sinclair, hingga biohacker Bryan Johnson terus membicarakannya.
Lifespan vs Healthspan: Apa Bedanya?
Lifespan adalah jumlah tahun Anda hidup. Jika Anda lahir di Jakarta tahun 1960-an dan hidup sampai usia 80, itulah lifespan Anda.
Healthspan, sebaliknya, adalah jumlah tahun yang benar-benar Anda jalani dalam keadaan sehat, kuat, dan mandiri. Jika Anda hidup hingga 80 tahun, tetapi 20 tahun terakhir harus berjuang dengan diabetes, penyakit jantung, atau penurunan kognitif, maka healthspan Anda sebenarnya hanya 60 tahun.
Cara paling mudah membayangkannya adalah lewat grafik klasik:
-
Bayangkan sebuah garis panjang yang mewakili hidup Anda. Itulah lifespan.
-
Lalu arsirlah bagian di mana Anda masih aktif, bugar, tajam, dan penuh energi. Itulah healthspan.
-
Sisa tahun di ujung, masih hidup tetapi terbatas oleh penyakit, itulah celah yang ingin kita perkecil.
Dr. Peter Attia sering mengatakan bahwa misinya bukan hanya hidup lebih lama, tetapi memaksimalkan “area di bawah kurva healthspan.” Sinclair, salah satu peneliti terdepan soal umur panjang, menegaskan hal yang sama: hidup hingga 120 tahun tidak ada artinya jika 40 tahun terakhir dihabiskan dalam kondisi rapuh. Huberman pun terus mengingatkan audiensnya bahwa pilihan gaya hidup hari ini, terutama tidur dan olahraga, akan mengubah arah kurva itu.
Persamaan Kesehatan
Lalu, apa yang menentukan healthspan?
Hampir semua pakar sepakat pada beberapa faktor, yang bisa kita sebut sebagai persamaan kesehatan:
Kesehatan = Nutrisi + Tidur + Olahraga + Kesehatan Mental
-
Nutrisi → Attia menyebut diet sebagai “faktor yang paling membingungkan dan paling banyak diperdebatkan,” tetapi sains jelas: mengurangi makanan ultra-proses, menjaga kadar gula darah, dan cukup protein itu penting. Bryan Johnson mungkin ekstrem dengan diet super ketatnya, tapi prinsip dasarnya sama: makanan adalah informasi bagi sel kita.
-
Tidur → Huberman menggambarkan tidur sebagai fondasi kesehatan fisik dan mental. Saat tidur, kita mengonsolidasikan memori, membersihkan racun dari otak, dan memperbaiki jaringan tubuh. Tanpa tidur berkualitas, semua faktor lain ikut terganggu.
-
Olahraga → Attia sering menyebut olahraga sebagai “obat umur panjang paling manjur.” Latihan kekuatan menjaga massa otot, sementara kardio zona 2 meningkatkan kesehatan mitokondria. Singkatnya: angkat beban, sering bergerak, dan latih jantung Anda.
-
Kesehatan Mental → Ketahanan terhadap stres, kesehatan emosional, dan hubungan sosial juga berperan besar. Penelitian Sinclair menunjukkan stres kronis mempercepat penuaan pada tingkat sel. Johnson menekankan meditasi dan praktik pengelolaan stres sama pentingnya dengan suplemen atau teknologi.
Jika digabung, persamaan ini memberi kerangka untuk memperpanjang healthspan, bukan sekadar lifespan. Bedanya dengan generasi sebelumnya, kini kita bisa mengukur semua faktor ini setiap hari.
Data di Tangan Kita: Era Health Tracker
Pikirkan betapa umum sekarang membicarakan jumlah langkah atau skor tidur Anda. Sepuluh tahun lalu, orang akan bingung jika Anda menyebut HRV. Hari ini, orang membandingkan skor recovery sambil minum kopi.
Perangkat seperti Whoop, Oura, Ultrahuman, Garmin, Fitbit, dan Apple Watch telah menjadikan data kesehatan bagian dari kehidupan sehari-hari.
-
Tidur → Oura memberi skor kesiapan tiap pagi, Whoop menunjukkan berapa banyak tidur REM dan slow-wave yang Anda dapat.
-
Olahraga → Garmin melacak VO₂ max, sementara Ultrahuman menggabungkan data glukosa dan pemulihan untuk melihat apakah olahraga Anda benar-benar membantu atau malah merugikan.
-
Kesehatan Mental → HRV kini jadi indikator stres dan ketahanan sistem saraf.
-
Nutrisi → Continuous glucose monitor memungkinkan Anda melihat secara real-time bagaimana makanan memengaruhi tubuh.
Ini sangat kuat. Satu hal diberi tahu “tidurlah 8 jam.” Hal lain adalah melihat skor pemulihan Anda turun drastis setelah begadang menonton Netflix. Seperti kata Huberman: “Apa yang bisa diukur, bisa diubah.”
Health tracker menutup lingkaran. Mereka membantu kita menjalankan eksperimen pribadi, menyesuaikan diet, olahraga, dan rutinitas untuk memperpanjang healthspan.
Tapi ada satu masalah: bagaimana jika yang kita ukur sebenarnya belum lengkap?
Faktor yang Hilang: Lingkungan
Ambil contoh Jakarta. Anda sudah sempurna dalam rutinitas tidur, 10.000 langkah tercapai, HRV meningkat, diet bersih. Tapi setiap hari, Anda juga menghirup PM2.5 dengan kadar beberapa kali lipat lebih tinggi dari ambang aman WHO.
Inilah bagian dari persamaan yang jarang dibicarakan: lingkungan.
Di Nafas, lima tahun terakhir kami membangun jaringan pemantauan kualitas udara terbesar di Indonesia. Dan yang kami lihat: di kota seperti Jakarta, hanya fokus pada empat pilar, nutrisi, tidur, olahraga, kesehatan mental, tidaklah cukup.
Alasannya:
-
Tidur → Sebuah studi di Kosin Medical Journal menunjukkan polusi udara mengganggu kualitas tidur, meningkatkan frekuensi terbangun dan memperpendek durasi tidur dalam. Jika udara di kamar tidur Anda tercemar, Anda memulai hari dengan defisit.
-
Olahraga → Berlatih di luar saat polusi tinggi bisa lebih merugikan daripada menguntungkan. Riset menunjukkan paparan PM2.5 menurunkan performa olahraga dan memperlambat pemulihan, karena tubuh sudah sibuk melawan stres oksidatif dari polutan.
-
Produktivitas → Studi Nafas bersama Halodoc menemukan bahwa setiap kenaikan 10 µg/m³ PM2.5 di Jabodetabek, konsultasi telehealth meningkat hingga 34% dalam 48 jam. Artinya: ketika udara memburuk, orang cepat jatuh sakit.
Jadi ya, persamaan kesehatan itu penting. Tapi tetap tidak lengkap jika kita mengabaikan konteks lingkungan.
Penutup: Apakah Udara Adalah Faktor yang Hilang?
Hari ini, percakapan tentang umur panjang biasanya berkutat pada Nutrisi + Tidur + Olahraga + Kesehatan Mental. Dan berkat health tracker, kita bisa mengukur, menyesuaikan, dan mengoptimalkan keempatnya.
Tapi bagaimana jika faktor yang hilang, yang diam-diam merusak setiap metrik adalah udara yang kita hirup?
Jika Anda tinggal di kota seperti Jakarta, HRV Anda bisa sempurna, olahraga Anda teratur, rutinitas tidur Anda konsisten, tapi polusi udara tetap akan menggerogoti healthspan Anda.
Itulah mengapa di Nafas, kami percaya masa depan healthspan ada pada menghubungkan data kesehatan pribadi dengan data lingkungan.
Maka, kami tinggalkan Anda dengan satu pertanyaan:
Jika Anda benar-benar serius dengan healthspan, mungkin hal pertama yang harus Anda ukur bukan langkah atau skor tidur Anda, melainkan udara yang Anda hirup.