Favorit buat liburan dan tempat tinggal, sudah sehat juga kah udara Yogyakarta?
Siapa yang tak mengenal Yogyakarta? Sebuah kota budaya yang dikenal sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia, sekaligus pusat pendidikan, seni rupa Jawa klasik, dan budaya seperti batik, drama, puisi, dan pertunjukan wayang ini selalu ramai dengan wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, kira-kira bagaimana kualitas udara di Yogyakarta? Apakah sudah ‘cukup aman’ bagi para wisatawan dan penduduknya?
Nafas telah memasang beberapa sensor pengukur partikulat halus, yaitu PM2.5, yang menjadi pencemar di udara. Sensor nafas pertama dipasang di kota ini pada 12 Januari 2021.
Pada artikel ini, tim Nafas telah merangkum data kualitas udara di Yogyakarta. Mari kita lihat kualitas udaranya bersama-sama!
Seberapa ‘buruk’ kualitas udara di Yogyakarta saat ini?
Tampaknya kualitas udara di Yogyakarta tidak terlalu meresahkan dan masih dapat dihirup. Coba lihat grafik di bawah ini! Garis biru menunjukkan konsentrasi PM2.5 di Yogyakarta, sedangkan garis hitam menunjukkan konsentrasi PM2.5 di DKI Jakarta.
Beruntungnya, kualitas udara kota favorit para turis ini cukup baik sepanjang tahun 2023. Jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, Yogyakarta memiliki kualitas udara yang lebih baik dengan konsentrasi PM2.5-nya adalah 31 µg/m3, lebih rendah daripada di DKI Jakarta. Namun, jumlah polusi terpantau mengalami kondisi fluktuatif dan cenderung meningkat pada bulan Juni hingga Juli.
Sekarang, coba lihat gambar di bawah ini!
Pertengahan tahun umumnya merupakan masa liburan bagi anak sekolah. Melihat data tahun lalu, ternyata tingkat polusi di Yogyakarta cukup buruk di masa liburan. Meningkatnya mobilitas dan aktivitas warga karena adanya pendatang bisa berpengaruh pada peningkatan polusi udara. Namun, melihat perbandingan kualitas udara di Yogyakarta dari tahun-tahun sebelumnya, rupanya kualitas udara Yogyakarta sedikit lebih baik di musim liburan tahun ini, bukan? 🤔
Lantas, apakah kita bisa mengatakan kualitas udara di Yogyakarta ‘baik’?
Berdasarkan perbandingan dengan DKI Jakarta dan dengan data kualitas Yogyakarta di tahun-tahun sebelumnya, jawabannya adalah ‘ya’. Namun, jika melihat secara lebih detail, terdapat waktu-waktu tertentu ketika polusi Yogyakarta dalam jumlah yang cukup tinggi. Coba lihat data berikut!
Rupanya, kualitas udara di Yogyakarta yang ‘tidak sehat’ banyak terjadi di pagi hari. Meskipun persentase waktu dengan kualitas udara tidak sehat di Yogyakarta lebih singkat dibandingkan Jakarta, melindungi diri dari paparan polusi udara sebaiknya perlu tetap dilakukan pada waktu-waktu tersebut. Gangguan pernapasan akibat paparan PM2.5 bisa menimpa siapa saja, bukan?
Bagaimana kualitas udara di daerah-daerah di Yogyakarta?
Dari data di atas, terlihat bahwa Sorowajan menjadi daerah di Yogyakarta dengan jumlah PM2.5 paling tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya, termasuk DKI Jakarta. Kualitas udara paling baik terlihat di daerah Papringan.
Sekarang kita intip tiga daerah di Yogyakarta yang tingkat polusinya tinggi: Sorowajan, Sayidan, dan Gondolayu 👀
🏘️ Sorowajan
Peningkatan jumlah polusi udara terlihat selalu meningkat sejak Februari hingga Juni 2023. Pada bulan Juli, jumlah polusi udara ini beruntungnya mulai menurun, tetapi masih berada di kategori ‘Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif’.
🏘️ Sayidan
Tingkat polusi di Sayidan sedikit lebih rendah dibandingkan Sorowajan, tetapi mereka memiliki tren yang serupa. Kualitas udara yang paling baik terjadi pada bulan Januari. Selanjutnya, udara mengalami penurunan kualitas, dengan konsentrasi PM2.5 yang selalu lebih dari 30 µg/m3.
🏘️ Gondolayu
Secara umum, Gondolayu memiliki kualitas udara lebih baik dibandingkan dua daerah sebelumnya (Sorowajan dan Sayidan). Pada daerah ini, terdapat 4 bulan yang rata-rata kualitas udaranya cukup baik, yaitu Januari hingga April dan Juli. Sayangnya, pada bulan Mei dan Juni, polusi bulanan PM2.5 meningkat secara drastis hingga konsisten 7x di atas batas paparan tahunan WHO (5 µg/m3)!
⚠️ Penutupan TPA Piyungan turut berkontribusi pada perubahan kualitas udara di Yogyakarta
Beberapa waktu lalu, Sekretaris Daerah Yogyakarta mengumumkan adanya penutupan sementara TPA Piyungan mulai 23 Juli hingga 5 September 2023. Kabarnya, TPA Piyungan yang selama ini menampung sampah dari warga Yogyakarta telah melebihi kapasitasnya sehingga harus ditutup sementara. Secara tidak langsung, penutupan ini menjadi salah satu faktor peningkatan polusi udara di Yogyakarta. Penutupan TPA Piyungan rupanya memicu warga untuk membakar sampah mereka sendiri sehingga memperburuk kualitas udara di lingkungan sekitarnya.
Perubahan kualitas udara di Yogyakarta sejak sebelum dan sesudah ditutupnya TPA Piyungan dapat dilihat pada grafik di bawah!👀
Pada minggu-minggu awal Juli, kualitas udara Yogyakarta cenderung baik. Namun, kondisi perlahan berubah sejak penutupan TPA Piyungan di minggu keempat, atau tepatnya pada 23 Juli. Kualitas udara memburuk ditandai dengan peningkatan jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat. Ini menunjukkan bahwa aktivitas bakar sampah merupakan salah satu sumber polusi hiperlokal yang dapat mengubah kualitas udara secara signifikan. Bila satu orang saja yang bakar sampah, asap dan PM2.5 yang dihasilkan bisa menyebar dan berpindah hingga puluhan kilometer. Bayangkan betapa buruk dampaknya jika dilakukan banyak orang di berbagai daerah!
Sembari menantikan solusi pengelolaan sampah yang ideal dari pemerintah, tidak ada salahnya jika kita sebagai warga juga mulai belajar mengelola sampah secara mandiri, atau bahkan mengurangi timbulan sampah itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan tas kain saat berbelanja, membawa alat makan dan minum sendiri, dan memanfaatkan kembali kemasan yang dapat digunakan kembali. Memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik, dan membuat kompos sebagai pengelolaan terhadap sampah organik juga dapat dilakukan untuk membantu mengurangi beban sampah di tempat pemrosesan akhir.
😷 Bisakah kita mengurangi paparan polusi udara?
Kita sadar bahwa polusi udara selalu ada di sekitar kita dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus diterapkan untuk mengurangi risiko penyakit. Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan polusi udara:
1. Pantau kualitas udara secara rutin di aplikasi nafas
2. Jika kualitas udara sedang buruk, hindari beraktivitas di luar ruangan.
3. Selalu pakai masker saat keluar rumah. [”Anak di atas 2 tahun dapat menggunakan masker (masker kain atau masker sekali pakai) yang ukurannya pas menutupi hidung dan mulut.” - dr. Citra Amelinda]
4. Tutup pintu dan jendela saat kualitas udara buruk. Penggunaan air purifier bisa membantu membersihkan udara di dalam ruangan.