Efek El Nino Saat Musim Hujan: Panas Terik Tapi Polusi Turun
Cuaca panas dan berangin membawa angin segar di bulan Desember. Beberapa waktu lalu netizen ramai mengomentari cuaca panas di tengah musim hujan saat ini. “Musim hujannya batal apa gimana?”, tanya salah satu akun yang cukup populer di Instagram.
BMKG menyatakan hal ini disebabkan oleh dinamika atmosfer, khususnya fenomena El Nino dan Dipoles. El Nino adalah kenaikan suhu permukaan laut, ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih tinggi dari rata-rata, terjadi di wilayah pusat dan timur Samudera Pasifik tropis. Sementara Dipoles merupakan variasi suhu permukaan laut. Saat ini, kondisi El Nino ada pada mode sedang dan Dipoles dalam mode positif. Fenomena ini mememperkirakan potensi angka curah hujan yang rendah di Indonesia.
Menurut pantauan tim Nafas, kualitas udara di Jabodetabek pada 9-18 Desember mengalami peningkatan. Artinya, tingkat polusi udara terdeteksi menurun. Hal ini turut didukung oleh mengingkatnya kecepatan angin di waktu yang sama sebesar 32%, menyebabkan pergerakan polutan di atmosfer.
Dari 10 wilayah di Jabodetabek, mayoritas memiliki rata-rata kualitas udara cukup baik (moderat). Hanya Bekasi dan Jakarta Timur yang masuk ke kategori Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif dengan PM2.5 36-39 µg/m3.
Jadi apa yang bisa kita simpulkan dari fenomena ‘musim hujan yang batal’ kali ini? Angin datang seperti ‘penyelamat’ hari. Meskipun frekuensi hujan berkurang, namun kualitas udara di berbagai daerah di Jabodetabek cukup baik.
Meskipun begitu, kita tidak seharusnya selalu mengandalkan angin dalam upaya mewujudkan kualitas udara bersih. Polusi udara harus ditangani langsung dari sumbernya, dan diperlukan pendekatan holistik dari berbagai sektor khususnya pemerintah.
Semoga impian warga menghirup udara bersih sehari-hari bisa segera terwujud!
Ingin mengetahui lebih banyak tentang kondisi polusi udara di daerah Anda? Unduh Aplikasi Nafas sekarang juga!
