LEARN / BLOG

Berpartisipasi dalam Marathon Saat Polusi Tinggi: Lebih Besar Manfaat atau Risiko Kesehatannya?


WRITTEN BY

Kezia Grace

PUBLISHED

25/10/2023

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Pada akhir pekan yang lalu, Jakarta dan Banten menjadi tuan rumah bagi dua event marathon besar. Kedua kompetisi lari ini berlangsung pada hari Minggu, bertepatan dengan pelaksanaan car free day. Seharusnya, tanpa kendaraan bermotor berarti lingkungan bebas dari polusi, bukan? Namun, data dari jaringan sensor Nafas di sepanjang rute kedua marathon tersebut menunjukkan fakta yang berbeda. Polusi udara tetap tinggi sejak dini hari.

Bagaimana kondisi kualitas udara di kedua wilayah saat itu? Jika kita tetap berlari di marathon meskipun terpapar polusi, apakah masih mendapat manfaat kesehatannya? Mari kita bahas bersama

Kualitas Udara yang "Tidak Sehat" Mendominasi Jakarta dan Banten Selama Marathon



Sensor Nafas yang berada di sepanjang rute lari di Banten melaporkan tingkat polusi udara yang konsisten tinggi. Sejak pukul 03.00 hingga 11.00, konsentrasi PM2.5 berada di antara 44 µg/m3 (Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif) hingga 117 µg/m3 (Tidak Sehat).



Kondisi tak jauh berbeda juga terjadi di Jakarta. Dari enam sensor Nafas yang terdapat di sepanjang rute marathon, seluruhnya menunjukkan tingkat PM2.5 yang tinggi hingga 86 µg/m3 (Tidak Sehat).


Polusi Tinggi di Pagi Hari Meskipun Tak Ada Kendaraan: Apa Penyebabnya?

Lapisan Batas Planet yang mengalami perubahan antara siang dan malam hari berkontribusi pada fluktuasi tingkat polusi udara. Di pagi hari, saat lapisan batas planet berada pada kondisi rendah, polutan cenderung berkumpul dekat permukaan.

Saat Kualitas Udara Memburuk, Sebaiknya Olahraga Outdoor atau Indoor?

Meski berolahraga adalah hal yang esensial bagi kesehatan, melakukan aktivitas fisik di luar saat polusi udara tinggi dapat membawa risiko. Berikut adalah saran dari dr. Efriadi Sp.P(K), Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, untuk berolahraga di kondisi udara yang tidak ideal:

1. Periksa kualitas udara sebelum berolahraga di luar. Selalu periksa tingkat PM2.5. Jika melebihi 35.4 ug/m3, disarankan memilih olahraga indoor

2. Sesuaikan Intensitas dan durasi latihan. Ketika PM2.5 antara 12-35.4 ug/m3 (moderat), maka pertimbangkan untuk mengurangi intensitas dan durasi latihan outdoor.

3. Pilih olahraga berisiko rendah terhadap paparan polusi. Misalnya aerobik, pilates, yoga, atau berenang, yang sedikit memerlukan upaya laju pernapasan sekuat seperti berlari.

4. Untuk menciptakan lingkungan untuk aktivitas fisik yang optimal, dapat mempertimbangkan air purifier di dalam ruang olahraga.