LEARN / ARTICLE

Apakah polusi udara dalam ruangan berdampak pada anak saya?


WRITTEN BY

nafas Indonesia

PUBLISHED

02/04/2021

LANGUAGE

EN / ID

English / Indonesia


Polusi udara baik di dalam maupun di luar ruangan berdampak pada semua orang. Namun ada beberapa kelompok tertentu yang sangat terkena dampak, seperti anak-anak.

Anak-anak itu masih bertumbuhkembang, dan lingkungan mereka dapat sangat mempengaruhi perkembangannya. Kualitas udara yang dihirup anak-anak adalah salah satu faktor kunci, karena polusi udara dapat mengakibatkan masalah pertumbuhan paru-paru, konsentrasi yang buruk, dan bahkan tingkat IQ yang lebih rendah.

Menghirup Udara Tercemar Dapat Mengurangi Nilai IQ Anak

Polusi di luar maupun di dalam ruangan juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan intelektual anak serta menurunkan nilai IQ mereka. Sebuah studi Amerika Serikat memperkirakan bahwa peningkatan tingkat PM2.5 sebesar 5 mikrogram/m3 saja dapat mengakibatkan hilangnya dua poin IQ. Ini sebanyak poin IQ yang diperoleh dari satu tahun pendidikan.

Polusi Udara Mempengaruhi Pertumbuhan Paru-paru

Porsi terbesar paru-paru anak baru tumbuh setelah lahir, termasuk pertumbuhannya sebanyak 80% alveoli (kantung udara dalam paru-paru yang membawa oksigen ke dalam pembuluh darah). Artinya, paru-paru anak sangat rentan terhadap kualitas udara yang buruk.

Anak-anak menghabiskan sebanyak 90% waktunya di dalam ruangan, misalnya di rumah, tempat penitipan anak, dan sekolah.
Oleh karena itu, penting sekali kita memperhatikan kualitas udara luar ruangan maupun dalam ruangan.

Asma Dapat Dipicu oleh Polusi Udara

Penelitian telah menemukan bahwa PM2,5 yang berasal dari sumber dalam ruangan dapat memperburuk fungsi paru-paru daripada PM2.5 dari luar ruangan. Asma merupakan salah satu penyakit yang sering menjadi lebih parah akibat polusi udara dalam ruangan. Di antara anak penderita asma, tiap peningkatan 10 mikrogram/m3 dalam konsentrasi PM2.5 menyebabkan peningkatan sebanyak 6% dalam jumlah hari di mana anak tersebut mengalami batuk, kesulitan bernafas, atau sesak dada.

Selain itu, karena masih dalam masa pertumbuhan, anak-anak lebih rentan terkena infeksi paru-paru. Semakin buruk kualitas udara, semakin sering anak mengalami infeksi paru-paru. Pada tahun 2016, WHO memperkirakan bahwa sekitar 600.000 anak meninggal akibat infeksi saluran pernapasan bawah akut yang disebabkan oleh polusi udara.

Pendidikan Anak Juga Terkena Dampak Kualitas Udara yang Buruk

Konsentrasi anak juga dipengaruhi oleh kualitas udara, khususnya di dalam sekolah. Bangunan sekolah seringkali mengalami kualitas udara dalam ruangan yang buruk karena ventilasi yang kurang baik serta banyaknya orang di dalam tiap ruangan. Kualitas udara yang buruk di sekolah membuat anak lebih sulit untuk fokus dan mengingat apa yang mereka pelajari.

Bahkan hasil ujian sekolah dapat dipengaruhi kualitas udara. Jika siswa mengikuti ujian pada hari dengan tingkat polusi udara yang tinggi, nilai mereka lebih rendah. Salah satu studi menemukan bahwa siswa mendapatkan nilai yang rata-rata 2,3% lebih rendah jika kualitas udaranya buruk.
Sementara studi lainnya menggambarkan bahwa siswa yang duduk di ruang kelas dengan ventilasi baik mendapat nilai yang 14 atau 15 poin lebih tinggi daripada yang di ruang kelas dengan ventilasi buruk.

Peningkatan Kualitas Udara Mengurangi Risiko Kesehatan

Kabar baiknya adalah bahwa polusi udara dalam ruangan dapat dengan mudah diperbaiki. Sumber-sumber polusi yang paling banyak ditemui di dalam ruangan adalah kompor/tungku, merokok, dan menyapu. Semua kegiatan ini dapat dimodifikasi agar kualitas udara meningkat. Misalnya, penelitian dari AS menemukan bahwa jika anak-anak tinggal di sebuah wilayah di mana kualitas udara meningkat seiring dengan berjalannya waktu, anak tersebut juga lebih jarang mengalami batuk, sesak nafas, dan dahak.

Untuk belajar tentang gimana polusi udara luar ruangan masuk ke dalam, klik disini.


Referensi:

Wang Pan, Catherine Tuvblad, Diane Younan, Meredith Franklin, Fred Lurmann, Jun Wu, Laura A. Baker, and Jiu-Chiuan Chen. 2017. ‘Socioeconomic disparities and sexual dimorphism in neurotoxic effects of ambient fine particles on youth IQ: A longitudinal analysis’, PLOS ONE 12(12). https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0188731 

Breysse PN, Diette GB, Matsui EC, Butz AM, Hansel NN, McCormack MC. 2010. ‘Indoor air pollution and asthma in children’. Proc Am Thorac Soc. 7(2):102-106. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3266016/ 

Koenig JQ, Mar TF, Allen RW, Jansen K, Lumley T, Sullivan JH, Trenga CA, Larson T, Liu LJ. 2005. ‘Pulmonary effects of indoor- and outdoor-generated particles in children with asthma’, Environ Health Perspect. Apr; 113(4):499-503.

Breysse PN, Diette GB, Matsui EC, Butz AM, Hansel NN, McCormack MC. 2010. Op. cit.

WHO. https://www.who.int/news-room/detail/29-10-2018-more-than-90-of-the-worlds-children-breathe-toxic-air-every-day

UNICEF. 2017. Danger in the Air: How air pollution can affect brain development in young children

Ebenstein A, Lavy V, Roth S. 2016. ‘The Long-Run economic consequences of High-Stakes examinations: evidence from transitory variation in pollution’, Am Econ J Appl Econ 8:36–65.

Shaughnessy RJ, Haverinen-Shaughnessy U, Nevalainen A, Moschandreas D. 2006. ‘A preliminary study on the association between ventilation rates in classrooms and student performance’, Indoor Air. 16(6):465-8. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17100667/

Gauderman WJ, Urman R, Avol E, Berhane K, McConnell R, Rapport E, Chang R, Lurmann F, Gilliland F. 2015. ‘Association of improved air quality with lung development in children’, New England Journal of Medicine 372: 905-913. https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1414123